Jalan Menuju Ketenaran
Weed telah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
peperangan sebelumnya; dan sekarang, kehidupan para Orc dan manusia
sudah kembali normal. Setelah Weed melapor ke kuil hitam, dia pergi
berkeliling di sekitar pasar.
“Jadi, inilah pasarnya.”
Mapan bertindak sebagai pemandu untuk Weed.
Setelah tinggal di kota itu selama beberapa hari,
para Dark Elf sudah lumayan memahami geografi di sekitar, dan kini
banyak dari mereka yang membuka toko di area itu.
“Kami para Elf menjual buah-buahan yang kami tanam dan kembangkan sendiri.”
“Belilah herbal medis untuk menyembuhkan lukamu.”
Mereka memiliki kulit gelap dan mata berwarna hitam
yang bersinar seperti berlian!
Sekalipun ukuran tubuh Dark Elf tidak terlalu tinggi,
mereka memiliki tubuh yang fleksibel, dan penuh dengan energi dan
keindahan.
“Aku terkejut. Mapan-nim berkeliling dari satu toko ke toko lain untuk bertemu para Elf.”
Ucap Surka kepada Mapan, namun mendengar itu, Mapan
menggaruk kepalanya dengan canggung.
“Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan Elf sebanyak itu.”
“Jadi…?”
“Pertama kalinya aku bertemu dengan Dark Elf, Wood Elf, dan Half Elf, adalah ketika aku melakukan perjalanan ke bagian tengah benua bersama dengan Hwaryeong.”
“Apa bedanya Wood Elf?”
Surka mengajukan pertanyaan yang ada di dalam pikiran
semua orang.
Pale, Irene, dan Romuna, belum pernah sekalipun
menginjakkan kaki di luar kerajaan Rosenheim, dan para Geomchi juga
ikut mendengarkan karena mereka tidak tahu apa-apa.
“Half Elf memiliki telinga panjang yang lancip, selain itu, mereka tak ada bedanya dengan manusia. Half Human (stgh manusia), Half Elf, mereka adalah spesies campuran. Wood Elf tinggal di dalam hutan yang lebat dan memiliki kekuatan serang yang besar, namun lemah terhadap sihir.”
“Ada Elf jenis lainnya?”
“Grey Elf atau High Elf, Shadow Elf, Night Elf… Ada banyak variasi dari spesies Elf.”
Deskripsi yang diberikan oleh Mapan kepada Surka
adalah batas dari pengetahuan yang ia miliki.
Geomchi membalikkan badannya dan menjawil Geomchi3 dan bertanya:
“Geomchi3.”
“Ya, master.”
“Apa kau tahu banyak tentang Royal Road?”
“Ya, tentu saja master!”
Geomchi3 menjawab dengan penuh percaya diri. Dia
berlagak menjadi spesialis Royal Road diantara para Geomchi.
“Dari mana Elf datang?”
“Um, para Elf, master?”
“Ya.”
“Elf itu…”
“Kau tak tahu jawabannya?”
Tatapan Geomchi dan Geomchi2 penuh dengan
ketidakpercayaan, dan Geomchi3 memutar-mutar tangannya dengan sedikit
panik.
“Tentu saja aku tahu. Mereka datang dari desa Elf.”
“Desa?”
“Desa Kayu, Desa Kegelapan, Desa Setengah. Kalau kalian tahu itu, maka semuanya jadi jelas dan sederhana kan? Kulit mereka gelap karena ini adalah Desa Kegelapan.”
Ada sedikit kebenaran dari penjelasan yang aneh itu,
dan Geomchi pun menganggukkan kepalanya.
“Oh ho, jadi begitu. Kamu memang pintar seperti yang aku kira, Geomchi3.”
“Anda terlalu memuji, master!”
***
Semua anggota party pergi ke pasar untuk membeli
herbal medis dan souvenir sederhana. Ada banyak herbal dengan
kualitas bagus dan harga murah.
Mereka memanjakan diri dengan bertamasya.
Sering terlihat item-item misterius di toko-toko para
Elf, dan dengan para Dark Elf yang berjalan-jalan dengan kulit gelap
yang mereka banggakan, suasana di sana serasa sangat misterius.
Pemandangan sekitar yang terlihat dari kota yang
terletak di puncak gunung benar-benar indah.
Berdiri di atas tembok-tembok kastil, tampak seluruh
dunia terbentang di bawah kaki mereka. Langit biru, awan yang tebal,
ditemani oleh hembusan angin membuat pemandangan di atas gunung itu
menjadi lebih mantap. Di kejauhan, tampak tebing-tebing yang
menghembuskan angin kuat.
Irene adalah orang pertama yang mengutarakan
perasaannya, dengan senyuman di bibirnya.
“Seluruh perjalanan melelahkan yang kita lalui tak ada bandingannya dengan pemandangan ini.”
“Aku tahu. Sepertinya aku harus lebih sering berpetualang.”
Zephyr juga memiliki perasaan yang sama.
Biasanya dia memancing di pinggiran sungai, jadi ini
adalah pertama kalinya dia datang ke pegunungan. Ia merasa segar
setelah datang ke puncak pegunungan dan menikmati pemandangannya.
“Baik, biar aku membawa kalian ke toko senjata.”
Mapan dan rekan-rekannya memutuskan untuk
melihat-lihat senjata. Mereka memasuki toko senjata.
“Halo.”
Mapan membungkuk untuk menyapa Dark Elf, yang hanya
membalas dengan memiringkan kepalanya.
“Untuk apa kalian kesini?”
Tetua Dark Elf yang angkuh!
Tetua Dark Elf yang menjaga toko itu memiliki tampang
yang arogan. Pelanggan bukanlah urusannya.
Mapan bertanya dengan sopan.
“Apa boleh kalau kami melihat-lihat?”“Terserah kalian.”
Anggota party mulai berkeliling sendiri-sendiri untuk
melihat senjata.
Desa Orc memiliki toko yang bagus, namun disini ada
banyak barang yang langka.
Zephyr menemukan tongkat pancingan. Elf membanggakan
fleksibilitas, elastisitas, dan kekakuan dari pohon-pohon yang mereka
kembangkan, jadi tongkat pancingan itu sempurna untuk digunakan saat
memancing.
“Berapa harganya?”
“8000 gold. Kalau kamu kepikiran untuk menghemat dan tak membelinya, letakkan kembali pancingan itu.”
Harganya tidaklah mahal.
Zephyr membayar harga item itu tanpa basa-basi.
“Wow! Uangnya banyak sekali.”
Ucap Irene, dan Zephyr menjawab dengan tertawa.
“Itu kan cuma uang…”
“…”
Dalam sekejap, Zephyr menjadi musuh publik dari
seluruh anggota party!
Semua anggota party hendak pergi keluar toko untuk
mencari toko lain yang menjual senjata dengan tipe yang berbeda, saat
si Dark Elf memanggil dan menghentikan langkah Pale.
“Apa kau seorang archer?”
“Ya, tetua yang terhormat. Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan kepadaku?”
“Dibandingkan dengan bakat yang kau miliki, busurmu kurang memadai. Kami para Elf tak akan pernah menggunakan busur yang memalukan seperti itu.”
Wajah Pale memerah karena malu. Memang benar bahwa
busur yang ia miliki sudah lumayan parah, dan sudah waktunya untuk
menggantinya dengan yang baru.
“Beli disini, ada banyak busur yang tersedia, jadi kau bisa beli dengan harga murah.”
Kebanyakan senjata di toko itu adalah pisau dan
busur. Pisau diletakkan di dalam lemari kaca, sedangkan busur
digantungkan di tembok-tembok. Namun, di kota Dark Elf ini,
kebanyakan senjata diciptakan sendiri oleh para Elf.
Busur pertama yang ia lihat hanya memiliki syarat
level 200, namun sisanya lebih kuat dari busur itu. Harga dari
item-item itu juga tidak cocok dengan nilai senjata yang dijual, dan
beberapa senjata pun sepertinya hanya dipajang untuk dipamerkan.
Karena tidak terlalu yakin, Pale memilih busur biasa.
Busur antik dengan dekorasi warna biru langit. Sekalipun tidak
memiliki status rare atau unik, atau jarak serang yang lebih jauh,
namun busur itu mudah untuk digunakan.
“Berapa harga yang satu ini?”
“25.000 gold.”
“Aku cuma punya 24.000 gold…”
“Kalau kau tak mau membelinya, keluar saja sana.”
Metode untuk menghemat uang yang ia pelajari dari
Weed tak berguna disini. Susah untuk membuat Dark Elf merasa senang,
karena ketika mereka berhubungan dengan manusia, impresi yang mereka
dapatkan tidaklah bagus!
‘Semua pendapatanku cuma 25.000 gold.’
Setelah perjuangan yang sulit, Pale pada akhirnya
membeli busur itu. Archer tidak begitu beda dengan Swordsman, dimana
mereka juga menginginkan senjata yang lebih baik sesegera mungkin.
Malah, ada kompetisi yang lebih sengit dalam perebutan senjata
Archer. Jika kau menembak dengan menggunakan busur yang bagus, jarak
seranganmu akan bertambah, dan perbedaan itu akan terlihat jelas.
“Huahahaha.”
Pale mengeluarkan tawa histeris setelah ia membeli
busurnya yang baru.
Kemudian Surka melihat ke arah si pemilik toko dan
berkata.
“Tapi kau kelihatan imut kok. Tak seperti orang tua, tapi seperti oppa(kakak/remaja).”
“Surka!”
Tercengang mendengarkan komentar Surka, Romuna pun
berteriak. Susah untuk membuat para Dark Elf merasa senang, jadi kau
harus lebih berhati-hati agar tidak membuat mereka marah.
Berada di zona netral tak akan membuat perbedaan. Tak
seperti manusia, tergantung pada tingkat keakraban, para Dark Elf
bisa menyerang kapan pun mereka mau.
Tapi sepertinya pemikiran itu sia-sia, melihat si
tetua Dark Elf dengan malu-malu tersenyum.
“Gadis kecil, apa kau benar-benar berpikir seperti itu? Kalau aku terlihat muda?”
“Ya. Kau tak terlihat tua, tapi beanr-benar super imut, Dark Elf-nim.”
“Oh, gadis yang sangat manis. Namaku adalah Granbell. Aku harap kau mau memanggilku Granbell.”
“Namaku adalah Surka, Granbell-nim.”
Mulut Zephyr dan Hwaryeong menganga melihat peristiwa
yang sedang terjadi itu. Dengan terlebih dahulu membuat si Dark Elf
mau memberikan namanya, setelah itu, ada kemungkinan untuk
menciptakan hubungan sampai batas tertentu. Dark Elf merasa senang
bila ada yang bilang mereka tampak muda dan imut!
Kalimat yang diutarakan Surka secara kebetulan mampu
menciptakan keakraban diantara mereka berdua.
Kepalan tangan Romuna gemetaran.
Berpura-pura menganggap si tetua Dark Elf bertampang
imut seperti orang idiot. Tergantung pada sudut pandang seseorang,
pendapat orang memang akan berbeda-beda, namun menganggap Dark Elf
itu memiliki penampilan yang super imut sepertinya sudah kelewatan.
Surka yang sama dengan yang biasanya menghajar monster dengan tangan
kosong, kini berlagak imut.
“Surka, kau…”
“Shush!”
Romuna mencoba untuk memanggil Surka, namun Mapan
dengan sigap menghentikannya.
“Ini adalah saat yang penting, jadi biarkan saja dia.”
“Apa?”
“Sepertinya ini adalah cara untuk menciptakan keakraban dengan para Dark Elf.”
Mapan lebih memahami dari siapapun tentang pentingnya
keakraban dalam perdagangan di kerajaan.
Dengan meningkatnya keakraban dengan para penduduk
desa, makin banyak kemungkinan untuk memunculkan dialog-dialog yang
lebih serius. Dengan tingginya keakraban, player bisa saja diminta
untuk melakukan quest tertentu, atau mendapat informasi penting.
Faktanya, ketika Mapan mendengar bahwa Weed tengah
memimpin para Orc dan Dark Elf di pegunungan Yuroki, dia memiliki
ekspektasi yang tinggi. Bersama Weed di Plains of Despair, dia
berharap untuk mendapatkan informasi quest, namun sayang dia tidak
begitu beruntung.
Para Orc adalah makhluk yang bodoh dan sederhana,
jadi mereka tak mengetahui begitu banyak hal. Satu-satunya informasi
yang mereka miliki adalah soal tempat leveling. Dimana dan bagaimana
caranya untuk menemui monster yang kuat.
Mengirim beberapa prajurit untuk menggantikan satu
yang gugur, itulah gaya bertarung Orc. Memang mereka bisa membawa 100
prajurit untuk bertempur, tapi hanya 1 yang mungkin bisa bertahan.
Hal seperti itu tak ada gunanya bagi Mapan si merchant.
Ditambah lagi, Orc tidak terlalu menyukai manusia.
Bahkan mereka pun mengalami kesulitan dalam percakapan dasar. Jumlah
gold yang dibutuhkan untuk menyogok atau memberi mereka makan sudah
cukup untuk membuat Mapan menjadi gila.
Dalam situasi seperti itu, Dark Elf juga tak terlalu
berbeda. Mereka memiliki sifat arogan dan malas untuk bercakap-cakap
dengan manusia. Berdagang atau mendengarkan cerita-cerita dasar dari
mereka memang memungkinkan, namun keuntungannya sangatlah minimal.
Weed sendiri sangat membenci Dark Elf. Mereka suka
pilih-pilih, malas, dan harus terus-terusan dimanja layaknya
bangsawan.
Mapan terisolasi di dalam kota Dark Elf. Kebahagiaan
yang ia rasakan ketika Pale dan kawan-kawan tiba, sungguh tak bisa
diutarakan dengan kata-kata.
Seorang pembimbing, yang memberikan informasi detil
tentang Plains of Despair, memainkan peran yang sangat penting.
Mereka tak lagi merasa kecewa terhadap Granbell
ketika ia berkata:
“Kalau kalian pergi ke daerah timur dari provinsi kami, kalian akan menjumpai gunung yang tinggi. Medan di sana tidak rata, dan kalian akan bisa memburu banyak monster, tapi yang terbaik dari gunung itu adalah pemandangannya. Sedikit sulit untuk mendaki Gunung Horom dengan hanya bermodalkan kaki, tapi ada rumor yang mengatakan bahwa kalian akan mendapatkan kejutan di tempat leveling di sana, sekalipun aku tak bisa memberikan informasi apapun tentang itu kepada kalian.”
Weed kembali dari kuil hitam dan melihat semua
anggota party yang seluruhnya kelihatan gembira.
“Ada apa?”
“Itu…”
Mapan menceritakan peristiwa yang terjadi di toko
senjata.
“Gunung yang tinggi. Mungkin kita bisa dapat fame kalau kita berhasil sampai di puncaknya?”
Faktanya, sampai sekarang Weed terus-terusan
bertarung dengan Immortal Legion, jadi dia tak tahu apa-apa tentang
kisah yang dimiliki para Dark Elf. Dan mungkin saja ada keuntungan
yang bisa di dapat di gunung itu, jadi Weed merasa mengunjungi gunung
itu adalah sesuatu yang diperlukan.
“Ayo terbang ke Gunung Horom!”
Pale menolak dengan tegas.
Irene dan Romuna juga tidak setuju karena fame mereka
masih rendah.
Bagi mereka, ini adalah kesempatan besar untuk
mendapatkan fame.
Weed melihat ke arah anggota party yang lain.
“Semuanya lebih memilih untuk mendaki Gunung Horom?”
“Gunung, aku sudah bertahan di samping sungai untuk waktu yang begitu lama, menghabiskan beberapa waktuku di pegunungan rasanya sih oke-oke saja buat aku, Hyung-nim(bro).”
Zephyr diam-diam berkata dengan agak sombong, dan
Hwaryeong tersenyum lebar.
“Untuk bisa menikmati pemandangan dan merasakan hembusan angin yang nikmat, ayo kita panjat gunung itu!”
Ucap Geomchi sambil menepukkan kedua tangannya.
“Kedengarannya bakal jadi menyenangkan.”
Ucap Geomchi2.
“Makan daging panggang di pegunungan punya rasa yang spesial, sepertinya bakal menyegarkan nih. Oke lah, aku ikut.”
Geomchi3, Geomchi4, dan Geomchi5 memiliki opini yang
sama. Mereka tak begitu banyak melakukan petualangan pada tahun ini,
jadi mendaki Gunung Horom sepertinya akan menjadi menarik. Kalau kau
mendaki gunung yang sangat tinggi, kau akan bisa melihat pemandangan
yang begitu indah. Seluruh anggota party pergi meninggalkan kota Dark
Elf dalam keadaan mabuk untuk mendaki gunung. Ya, mereka benar-benar
kepincut setelah mendengarkan cerita dari pemilik toko senjata.
‘Entah kenapa, aku jadi gugup.’
Rekan-rekan Weed merasa entah kenapa pendakian ini
serasa begitu mudah.
‘Yah, aku yakin semuanya akan baik-baik saja.’
Semua orang merasa senang karena tak ada satupun dari
mereka yang menolak ide tersebut, yang mana aneh kalau benar-benar
ada, karena memang tak ada alasan untuk melakukan itu. Dengan fame
yang tinggi, status seorang player di sebuah kerajaan atau desa akan
dengan mudah diakui, dan quest pun bisa didapatkan dengan mudah.
Karena tingginya fame yang dimiliki Weed, ia tak
mendapatkan kesulitan berarti ketika memimpin Dark Elf dan Orc dalam
peperangan.
Weed mengangguk.
“Kita akan mendaki dari kaki gunung sampai puncah. Semuanya pasti merasa capek, jadi bagaimana kalau kita istirahat dan regrup terlebih dahulu?”
Pale dan yang lain sudah kecapekan setelah berkelana
dengan kuda menyebrangi Plains of Despair. Sejauh ini, mereka masih
belum bisa tidur dengan nyenyak. Rasa kantuk yang berlebihan membuat
tubuh mereka sempoyongan dan harus berlutut agar tidak terjatuh.
Hwaryeong buru-buru menyetujui saran itu.
“Itu ide yang bagus. Ayo kumpul lagi setelah kita semua selesai tidur.”
“Kalau begitu, ya sudahlah.”
Pale menghela nafas, dan kemudian ia menginstruksikan
kepada anggota party nya untuk bertemu lagi dalam 12 jam untuk tidur.
Weed buru-buru memutuskan koneksi gamenya setelah
para Geomchi log out.
***
Lee Hyun keluar dari kapsul untuk mengatur keuangan
rumah tangga. Ia harus mengatur pendapatan dan pengeluaran rumah
tangga dengan sangat teliti agar dia bisa berhemat, walaupun hanya
satu koin.
“Keuntungan bulan ini…”
Tangan Lee Hyun gemetaran sembari menulis di buku kas
rumah tangga.
Mungkin akan ada orang lain yang mau membeli item
yang ia dapatkan kali ini.
Lich Shire sangatlah sulit untuk dikalahkan, levelnya
paling tidak 470. Belum ada player yang pernah mengalahkan monster
bos dengan caliber seperti itu, namun hanya 3 item yang berhasil ia
dapatkan. Walau begitu, Necromancer’s Tome (buku necromancer/equip,
bkn consumable) adalah item yang unik bila dibandingkan dengan 2 item
lain yang ia dapatkan.
Satu batu enchantment dan tongkat yang kelihatannya
tak berguna.
“Aku akan simpan dulu batu enchantment itu ketimbang membuangnya, toh pada akhirnya aku akan menjualnya kalau aku membutuhkan sesuatu untuk dimakan atau diminum, yang artinya itemku hanya tersisa satu tongkat.”
Ia memutuskan untuk tidak menjual batu enchantment
itu kecuali ada yang mau menawarkan harga yang pas. Mungkin jika ia
melelangnya di situs jual beli, orang-orang bakal mengantri untuk
membelinya. Blacksmith lain pasti berminat untuk membeli batu
enchantment itu, karena mereka ingin memprosesnya!
Mereka sangat berminat untuk menempa item mereka
menjadi lebih bagus dan lebih kuat, karena keuntungan yang mereka
dapat ketika menjual item tersebut akan meningkat. Dengan
meningkatkan level skill, mereka akan mampu mendapat harga yang lebih
tinggi. Meski begitu, pendapatannya jauh lebih rendah dari apa yang
diharapkan.
“Haruskah aku jual tongkatnya terlebih dahulu?”
Lee Hyun mengunjungi situs jual beli dan menulis
artikel untuk itemnya. Meski begitu, tongkat yang ia jual sepertinya
tak akan menghasilkan banyak uang. Priest tak akan membeli item yang
dilabel dengan efek tak berguna seperti Sacrifice atau Devotion.
Kalau orang tahu tongkat itu memiliki efek seperti itu, maka mereka
hanya akan menggunakannya bila memang situasinya benar-benar
membutuhkan.
“Aku penasaran, laku berapa item-item yang aku jual sebelumnya?”
Tanpa ekspektasi yang tinggi, Lee Hyun mengamati
harga-harga yang ditawarkan untuk barang yang ia jual. Ia sudah
menyerah untuk mendapatkan harga yang bagus gara-gara pembeli cacat
yang hanya menaikkan harga sebanyak 1 won.
Faktanya, pelelangan tidak selalu berlangsung hingga
masa lelang berakhir. Dengan mengatur harga yang sudah ditargetkan
terlebih dahulu, ketika harga tersebut sudah terlampaui, maka item
itu akan terjual. Pada umumnya, bila sebuah item memiliki target
harga yang wajar, item itu sering laku dalam waktu 1 jam. Namun,
untuk bisa mendapat 1 won lebih banyak, Lee Hyun tak mengatur target
harga. Bermain-main dengan meningkatkan harga sebanyak 1 won sudah
menjadi sesuatu yang sangat biasa.
“Kalau sekarang sih, paling tidak harganya sudah lebih dari 5.000 won, ya kan?”
Lee Hyun berpikir secara realistis saat mengamati
tawaran-tawaran yang ia dapatkan. Peningkatan harga dari Glaive dan
Bando Elf tampak lebih dari 1 won. Dari awal, hanya ada sedikit
pembeli yang berminat dengan Glaive miliknya, jadi ia tak terlalu
berharap untuk mendapatkan harga yang begitu tinggi. Jika Bando Elf
terjual dengan baik, ia memprediksi kalaudirinya akan mampu mendapat
paling tidak 300.000 won. Namun kemudian, ia melihat sesuatu yang
nyaris membuat matanya melompat dari lubangnya. Sesuatu itu adalah
satu japtem.
Cakar Minotaurus: Jumlah tawaran 6. Harga 30.000.000
Won.
“Apa-apaan!?”
Tak ada kata-kata hinaan yang keluar dari mulut Lee
Hyun. Dalam pelelangan, membuat penawaran tidak boleh dianggap
main-main. Itu karena ketika kau menawar suatu barang, paling tidak
10% dari total harga yang ditawarkan harus didaftarkan sebagai
deposit.
“Tapi, 30 juta won?”
Lee Hyun berpikir bahwa hal seperti itu tidak masuk
akal, namun ia dengan cepat mengkonfirmasi tawaran itu. Ia memutuskan
untuk menjual item itu kepada si pembeli dengan harga 30 juta won.
Sekalipun si pembeli tidak jadi membeli japtem tersebut karena ragu,
ia masih akan mendapatkan 10% dari harga penawaran, yaitu 3.000.000
won.
“Dapat 3 juta won!”
Lee Hyun buru-buru menambahkan angka itu ke dalam
buku rumah tangga.
*Triiriiriing!*
Bunyi deringan keras terdengar. Lee Hyun merasa tak
nyaman dan bimbang, haruskah ia mengangkat telepon itu atau tidak.
‘Mustahil kan kalau mereka bilang kalau tawaran itu adalah kesalahan, lalu membatalkan pelelangan itu?’
Mungkin saja panggilan telepon yang ia terima ini
akan memberikan informasi seperti itu. Sambil menggigit kuku
jari-jarinya, Lee Hyun dengan sungguh-sungguh berbicara dengan
menggunakan headset.
“Halo.”
- Ah, aku orang yang memenangkan pelelangan. Cakar
Minotaour, kau memasang item itu di situs jual beli kan?
Suara yang terdengar dari telepon itu tampak seperti
orang yang tidak sabaran. Pandangan Lee Hyun menjadi gelap.
‘Tentu saja!’
Mendengar itu, ia berpikir bahwa, tak hanya ingin
membatalkan pembelian, orang yang menghubungi dirinya akan meminta
untuk membatalkan penawaran harga yang ia ajukan. Lee Hyun
mengeraskan suaranya dan menjawab.
“Apa yang kau katakan, tak ada orang seperti itu yang tinggal disini!”
Kecerdasan instan Lee Hyun! Dengan mengucapkan
kalimat seperti itu, biasanya nyali lawan bicara akan ciut, namun
kali ini lawan bicaranya tidak menyerah begitu saja.
- Apa ada orang disana yang bermain Royal Road?
“Ha? Road apa?”
- Royal Road, menggunakan karakter bernama Weed, apa
ada orang seperti itu?
Lee Hyun menjawab dengan blak-blakan.
“Aku tak kenal dengan orang seperti itu.”
- Sudah pasti ini adalah nomor kontak yang benar.
“Aku tak tahu urusan apa yang kau miliki, tapi aku sedang sibuk, jadi teleponnya aku tutup dulu.”
- Ayolah, tunggu sebentar! Rating dari akun yang
melelang item itu sangat tinggi, dan ada sejarah pembelian yang
tersimpan, jadi tak mungkin ini adalah nomor yang salah.
“…”
Lawan bicara Lee Hyun menjawab dengan rasional. Lee
Hyun ragu-ragu untuk sesaat dan tak memberikan jawaban.
- Ini mendesak, aku harus bicara dengan dia. Walau
tidak secara langsung, tolong atur agar aku bisa bicara dengan dia
kapanpun dia bisa. Serius dah, belakangan ini pikiranku benar-benar
kacau, sampai aku lupa memperkenalkan dri. Aku adalah Kang Han Seo,
Manajer Departemen Perencanaan KMC Media.
“KMC Media?”
Mungkin tak ada satupun player Royal Road yang tak
mengenal perusahaan penyiaran yang sangat populer itu.
- Aku benar-benar perlu berbicara dengan orang
yang menggunakan karakter dengan nama Weed. Bisakah kau
menghubunginya untukku?
Permohonan itu lagi-lagi datang, pikiran Lee Hyun pun
menjadi bimbang.
‘Dari kata-kata yang ia ucapkan, sepertinya dia tidak berniat untuk membatalkan pelelangan.’
Ia menyadari bahwa sepertinya si penelepon memiliki
urusan yang sangat penting. Lee Hyun, setelah bimbang untuk beberapa
saat, memutuskan:
“Aku Lee Hyun. Aku menggunakan karakter dengan nama Weed di Royal Road.”
- Oh, jadi begitu. Tapi sebelumnya, kenapa…?
“…”
- Ya sudahlah, itu tak terlalu penting. Aku ingin
bicara padamu tentang sesuatu yang penting.
“Silahkan.”
- Kalau bisa, aku tak ingin membicarakan ini lewat
telepon, jadi apa kau bisa datang ke stasiun penyiaran?
Lee Hyun menjawab tanpa ragu.
“Sulit.”
- Apa?
“Pergi sejauh itu akan butuh biaya transport yang lumayan banyak, dan aku juga harus ganti bis 3 kali.”
Dia tak akan mengeluarkan biaya untuk transportasi
bila memang bisa. Mendengar jawaban Lee Hyun, lawan bicaranya
tercengang, tak mampu mengutarakan satupun kalimat selama beberapa
saat, dan tak bisa memberikan jawaban langsung. Namun setelah
beberapa saat ia kembali bersuara.
- Kalau begitu… tolong beritahu alamat rumahmu, dan
aku akan mengirim mobil untuk menjemputmu. Apa kau bisa datang kemari
dengan mobil jemputan itu?
“Kalau itu bisa.”
- Kalau begitu, aku akan segera menjumpaimu…
No comments:
Post a Comment