Thursday 23 April 2015

Moonlight Sculptor Vol 1 Chapter 5

Gadis Yang Kehilangan Kata-Kata


"Sial... hari itu lagi."


Di pagi hari, Lee Hyun sudah dalam mood jelek. Pemerintah Korea Selatan, yang merasa lebih bijaksana daripada Tuhan Yang Maha Bijaksana, mengeluarkan aturan yang tak diinginkan bernama Leave No One Behind, yang dirancang untuk membabat orang yang terasingkan dan yang tak dapat mencocokkan diri dengan lingkungan.


Awal dari seluruh kebodohan ini dibentuk berdasarkan teori bahwa mereka yang lahir dan berasal dari latar belakang yang jelek memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan tindakan kriminal dan perceraian. Menurut hukum, semua warga Korea yang berumur diatas 20 dengan kekurangan yang menarik perhatian diharuskan untuk mengunjungi psikiater secara rutin untuk pemeriksaan mental.


Pendeknya, Lee Hyun masuk kategori tersebut karena ia kehilangan orang tuanya saat masih kecil, dan masa mudanya kerap dihantui rentenir. Lee Hyun pergi ke Great Society Rehabilitation Center.


"Rasanya aku kembali ke tahun 60an. Masyarakat yang hebat, benar-benar payah."


Bergumam penuh komplain, Lee Hyun berjalan memasuki rehab. Bangunan itu memiliki interior yang didekorasi secara romantis. Ruang penerimaan tamu dipenuhi oleh orang-orang berumur 20 tahunan yang datang untuk melakukan hal yang sama dengan Hyun, jadi ia harus menyia-nyiakan beberapa jam untuk menunggu gilirannya mendaftar.


"Halo, aku Lee Hyun. Aku disini untuk mengambil tes mental untuk program Leave No One Behind."


"Aku mengerti. Tolong isi formulir ini."


Seorang perawat menggunakan gaun putih menyerahkan secarik kertas ke Lee Hyun.


"Apa ini?"


"Kami akan menganalisis keadaan mentalmu berdasarkan jawabanmu di formulir ini. Jika kau jatuh dalam kategori masyarakat yang tak bisa mencocokkan diri, maka kau akan diperintahkan untuk masuk ke pusat rehabilitasi dan menerima perawatan disana. Bila itu terjadi, pemerintah akan mengirim cek bulanan untuk keluargamu sebagai kompensasi."


Benar-benar hukum yang tak berkeperimanusian. Pemerintah sebenarnya tak pernah melakukan apa-apa untuk mendukung mereka yang dirugikan ketika menderita pada masa kecil, disiksa oleh orang tuanya, atau disisihkan di sekolah.


Sekarang mereka harus menerima rintangan lebih jika ingin mendaftar ke sekolah sarjana ketika lulus dari SMA. Parahnya, mereka dianggap tak memiliki kualifikasi untuk menjadi pegawai negeri. Perang melawan teror menjadi alasan yang sering dikemukakan oleh pemerintah.


"Ya, nyonya."


Lee Hyun mengambil formulir dan menulis isinya dengan cepat. Pena yang ia gunakan tak meninggalkan permukaan kertas sedikitpun. Lee Hyun telah memikirkan tentang pertanyaan itu selama bertahun-tahun, jadi jawabannya mengalir begitu saja.


"Aku sudah selesai. Bisakah aku pergi sekarang?"


"Tentu. Ambil uang ini untuk mengganti biaya perjalananmu."


Paling nggak, pemerintah menunjukkan sedikit belas kasih. Lee Hyun mengambil koinnya dan pergi meninggalkan rumah sakit jiwa. Sementara itu, formulir yang ia ajukan membuat sebuah keributan diantara para psikiater di tempat itu.


***


Cha Eun Hee, sarjana jurusan psikiater, tertawa terbahak-bahak seolah-olah lehernya patah. Dokter yang karena sikapnya dijuluki 'Ratu Es' itu, sedang tertawa terbahak-bahak di depan publik, yang tentunya menjadi tontonan langka bagi para perawat.


"Apa akhirnya dia berhasil berbicara dengan anjing piaraannya?"


"Mungkin. Ga ada yang mustahil buat dokter."


Dokter Cha hidup di Amerika dengan orang tuanya, yang keduanya adalah diplomat, ketika ia masih muda. Ia lulus dengan gelar cum laude dari Universitas Harvard pada umur 20, and mendapat gelar doktor sebelum ia berumur 23.


Menggabungkan kecantikan dan kesopanan, namun penuh dengan harga diri yang tinggi, ia tak pernah menunjukkan sikap kemanusiaan seperti ini sebelumnya, yang menjadi topik perbincangan semua orang. Pada akhirnya, kepala perawat memutuskan untuk bertanya.


"Dr. Cha, apa ada yang lucu?"


"Coba liat ini."


Sambil tertawa terbahak-bahak sampai menangis, Dr. Cha menyerahkan apa yang sedang ia pegang kepada kepala perawat. Itu adalah satu halaman formulir yang diisi oleh seseorang untuk program Leave No One Behind. Tujuh pertanyaan pendek dan jawabannya yang juga singkat.


Daftar Pertanyaan

    Nama: Lee Hyun
    1. Siapa namamu?
    Lee Hyun. 
    2. Apa profesimu?
    Seorang penjahat kakap yang mengancam kedamaian dunia. 
    3. Apa yang anda lakukan?
    Mengisi formulir ini. 
    4. Apa tiga hal yang paling anda kenang, atau berharga dalam hidup anda?
    Mencapai level maksimal di Continent of Magic. Main game online nonstop selama 204 jam tanpa makan dan tidur. Menjual akunku. 
    5. Apa yang kamu pikirkan tentang para politikus yang berkuasa?
    Kenapa gak kita ekspor saja mereka ke China atau Jepang? 
    6. Kapan kamu menyadari posisi sosial anda?
    Setelah menonton film 'Planet of the Apes'. 
    7. Bagaimana kamu mendeskripsikan dirimu sendiri dalam satu kalimat?
    Aku ndewo. 


Sang perawat agak bingung ketika ia selesai membaca dokumennya.


"Jangan bilang— ini sebuah kutipan dari sebuah novel bergambar?"


"Nggak. Itu salah satu formulir yang diisi tadi pagi. Tidakkah kau melihat stampel konfirmasi di kanan bawah?"


"Orang gila."


"Kau salah lagi. Kalau ia emang gila, ia tak akan mengamati masyarakat secara sinis dan dengan tepat seperti yang ia tulis di jawabannya ini."


Berbalik dengan pemikiran yang wajar, Dr. Cha malah berkata si penjawab adalah orang yang memiliki mental yang normal. Dari pandangan seorang psikiater, ia dapat mendengar teriakan kekecewaan yang muncul dari jawaban-jawaban itu. Untuk bisa mencemooh masyarakat dengan cara seperti ini, anak muda bernama Lee Hyun ini pasti telah mengalami hidup yang tak berwarna di dunia yang kejam.


"Whew."


Si kepala perawat tak bisa apa-apa kecuali menghela nafas. Ia tak punya alasan untuk melawan apa yang dikatakan dokter Cha. Tetap saja, ia berpikir bahwa kalau bukan Dr. Cha, yang telah mendapat gelar Ph.D psikiater di Amerika Serikat dan diidolakan serta diakui oleh dunia, memiliki pemikiran di atas rata-rata, atau pria bernama Lee Hyun ini memiliki pikiran dibawah rata-rata.


'Keduanya jelas tak normal. Atau mereka normal, dan cuma aku yang gila di ruangan ini. Mungkin juga sebenarnya, seluruh dunia sudah jadi gila.'


Kepala perawat bertambah bingung. Dr.Cha mengambil formulirnya dan berdiri.


"Masyarakat butuh tipe orang yang berbeda-beda. Biarkan saja. Kau tak perlu memikirkannya dalam-dalam. Omong-omon, aku mau menunjukkan ini pada Seo Yoon."


"Pasien Jeong Seo Yoon?"


"Ya."


"Apa kau pikir ia akan membacanya?"


"Tentu. Mereka yang menutup dirinya kebanyakan ingin perhatian dari luar. Aku cuma berharap ia akan tertawa kali ini."


Dr. Cha mengambil formulir yang diisi oleh Lee Hyun dan pergi ke arah bangsal. Tujuannya adalah ruangan spesial di lantai 12. Dengan alat-alat medis paling baru dan dokter-dokter terbaik, dilengkapi dengan kolam renang dan gym pribadi, ruangannya memakan biaya hampi 20 juta won perhari.


"Helo Seo Yoon, aku kemari untuk menemuimu."


Sambil berteriak ke pasiennya, Cha Eun Hee memasuki ruangannya. Seorang perempuan berwajah pucat mengangkat kepalanya dari buku yang sedang ia baca. Dimana, sekalipun dibandingkan dengan supermodel yang memiliki wajah untuk acara penting, masih kalah cantik olehnya— namun wajah cantiknya tampak kosong tanpa emosi. Seperti boneka perancis, ia tampak tak hidup.


'Tuhan memberinya kecantikan, lebih dari apa yang bisa ia hidup dengannya'


Gara-gara perempuan itu begitu cantiknya, ia terlalu dicintai oleh ayahnya yang terlalu melindunginya. Sebuah garis tabu antara anak dan ayah sebetulnya tak pernah terlewati, namun ibunya paranoid, curiga dengan suaminya sendiri.


Sang ibu merasa iri dengan anaknya sendiri, mengakibatkan siksaan terus-terusan pada tahun-tahun sebelumnya, lalu muncul tragedi di hari yang naas itu. Sejak saat itu, perempuan itu kehilangan kemampuan untuk bicara.


Dulu pada waktu ia masih muda, Seo Yoon bagaikan malaikat yang terjebak dalam tubuh manusia. Dr. Cha, yang dulu adalah teman dekatnya, selalu merasa sedih bahwa ia telah kehilangan rasa cinta dan kepolosannya.


"Lihat ini. Aku sebenernya tak boleh mengambil dokumen apapun dari kantorku, tapi aku ingin menunjukkannya padamu."


Dr. Cha menyerahkan formulir yang diisi Lee Hyun pada gadis itu. Mata Seo Yoon menelusuri tulisan di atas kertas. Dr. Cha berharap bahwa ia bakal tertawa.


'Apa kau tahu, kalau kali ini kau tertawa, maka itu akan menjadi yang pertama untukmu dalam lima tahun terakhir?'


Namun wajah gadis itu yang tak menunjukkan perubahan meruntuhkan harapan dokter. Sang gadis hanya melihat formulir itu dan mengembalikannya pada dokter. Sang dokter merasa sedih sekali saat ia mengingat bagaimana Seo Yoon dulu adalah gadis yang ceria.


"Oke... Apa kau butuh hal yang lain?"


Dr. Cha bertanya. Seo Yoon menggelengkan kepalanya dengan pelan.


"Kalau gitu, jangan sungkan untuk memanggilku kalau kamu butuh sesuatu."


Dr. Cha keluar ruangan dengan diam.


"Apa ia tertawa?"


Seorang perawat bertanya karena ia tak diijinkan untuk masuk ke dalam ruangan.


Dr. Cha tersenyum pahit.


"Masih tak bisa ya," kata perawat.


"Nggak. Aku gak bisa menemukan cara untuk membuka pikirannya," Kata Dr. Cha. "Aku harus merehabilitasinya untuk menjaga kepercayaan presiden kepadaku— nggak, demi Seo Yoon sendiri..."


Tak terhitung berapa banyak psikologis, psikiater, dan orang pintar yang telah disewa untuk menyembuhkan Seo Yoon, tapi tetap percuma. Tak ada dari mereka yang dapat melelehkan hatinya yang beku. Sekarang, hampir semua orang menyerah dengan gadis itu. Perawat pun juga sedih. Ia sedih karena seorang gadis secantik itu tak pernah bicara ataupun tertawa, sendirian di ruangan tertutupnya.


"Apakah tak ada terapi atau obat untuk menolongnya?"


"Pertolongan seorang psikiater tak akan berkerja selama pasien tak mau membuka pikirannya dan menerima realita."


"Jadi, ia akan hidup seperti itu selama sisa hidupnya..."


"Kita harus melakukan sesuatu untuk membuatnya kembali. Dia hanya butuh sebuah petunjuk, sesuatu yang akan menuntunnya untuk menghadap kenyataan."


"Namun sudah 5 tahun berlalu. Mungkin kesadarannya sudah tak bisa lagi— sudah lama hilang."


"Sudah menjadi tugas kita untuk mewujudkan itu. Apapun yang terjadi, aku akan membawanya kembali."


Resolusi Dr. Cha sangatlah teguh. Ia telah menguasai jurusan psikiater dan secara volunter datang ke rumah sakit ini untuk menyelamatkan Seo Yoon.


"Aku sudah melakukan sebuah perawatan baru sejak setahun yang lalu."


"Aku tak pernah mendengarnya?"


"Tentu saja. Karena aku harus menjaganya sebagai rahasia. Itu adalah Royal Road. Ia menghabiskan siang dan malam hari di dalam game, kecuali pada waktu pemeriksaan dan konseling."


"Jadi—"


"Tepat. Biarkan ia memulai ulang di dunia fiksi. Keluarkan dia dari cangkangnya, dan ia akan maju selangkah demi selangkah dimana ia bisa berinteraksi dengan orang lain. Aku harap ia akan mendapati kembali rasa percaya pada orang lain, dan merasakan emosi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, paling nggak di virtual reality."


Kembali di rumah, Lee Hyun mengecek situs jual beli sebelum masuk ke dalam Royal Road. Sekalipun Lee Hyun hanya pernah menjual 1 barang, statusnya adalah tiga diamond. Akun Continent of Magic yang laku seharga 3.1 milyar. Hanya dengan itu pangkatnya naik ke jajaran VIP.


    [Beli] Iron Sword +20 STR harga 400.000 won.
    [Beli] Cincin untuk warrior. Harga menawar.
    [Beli] Blue Boots untuk profesi Ranger. 300.000 won— nego.
    [Beli] Earring untuk Mage. Royal Road Kelly book nilai plus ekstra.


Sebuah daftar item yang diinginkan ada sebanyak ribuan halaman. Satu pencarian menghasilkan jutaan hasil, namun hanya sedikit dari mereka yang sepakat. Karena banyak player ingin untuk mempunyai item keren, permintaan sangatlah tinggi. Tapi persediaan tak dapat menyamainya. Sistem memfavoritkan penjual, dan ketika seseorang memposting itemnya, lelangnya pun selesai dalam beberapa menit.


    [Jual] Mace of Red Spirit 105/105 Ketahanan w/ 96-105dmg +15 STR [100.000 won+@]
    [Jual] Shine's Blessing Ring: Rare / Regen 3 MP per dtk u/ 5mnt [Hrg awal 3.000.000 won]
    [Jual] Messiah Earring: Mgc def. up. Magic api +8% exp. [4.000.000 won]
    [Jual] Blacksmith's Hammer of Thomas: 15% ? keberhasilan menempa senjata. Memungkinkanmu untuk menciptakan senjata upgrade mulai 5.000.000 won.

Barisan 10% item yang paling tinggi di lelang memiliki harga yang bukan main. Mereka diikuti oleh item yang lebih murah, yang mana harganya masih mencapai ratusan ribu won. Pasar seperti ini menunjukkan bahwa persediaan item hanya sedikit.


Kalau Weed tak cukup beruntung untuk mendapat pedang di awal permainan, ia bakal mengulang-ulang quest biasa disana-sini untuk mengumpulkan beberapa copper tiap waktu, dan buru-buru ke bengkel blacksmith untuk membeli pedang jelek sebelum pergi ke lapangan. Kalau nggak, ia harus memukuli para monster, bergantung dengan status yang ia peroleh dari memukuli orang-orangan sawah.


Dalam kasus tersebut, serangannya akan berkurang 50% tanpa efek dari sword mastery. Dibandingkan dengan senjata dan equip yang memiliki opsi tinggi, item craft untuk blacksmith dan menjahit tidaklah mahal. Item yang berhubungan dengan kelas memahat malah tidak ada sama sekali.


Royal Road baru dibuka 15 bulan sebelumnya. Para player masih sibuk menaikkan level dan bertualang. Lee Hyun belum pernah melihat pengrajin yang lain. 70% dari seluruh benua masih belum dijamah, dan itulah kenapa banyak dungeon masih belum di temukan, dan banyak quest belum diselesaikan. Dengan kesempatan tak terbatas yang disajikan di mata mereka, hanya sedikit user yang memilih untuk menjadi pengrajin.


Kerajaan Rosenheim adalah dunia yang lumayan baru yang ditemukan hanya 6 bulan sebelumnya (waktu dunia nyata). PARTy ekspedisi yang pertama kali menemukan kerajaan ini mendapatkan uang yang sangat banyak. Rosenheim terletak lumayan jauh dari tengah benua, namun area yang belum dijajah dan dungeon yang masih terpendam tersebar dimana-mana, dan banyak monster berkeliaran. Inilah alasan utama kenapa Lee Hyun memilih Rosenheim untuk memulai petualangannya.


'Apakah aku terlambat jauh? Nggak, aku masih punya kesempatan.'


Lee Hyun menggelengkan kepalanya. Ketika kompetitor lainnya sibuk menaikkan level dan melakukan petualangan, Lee Hyun tengah berlatih dan mengumpulkan informasi selama satu tahun untuk bersiap-siap. Ia tak mau menjual akunnya lagi.


Prosedur penjualan sebuah akun game online lebih susah di game virtual reality dimana scan kornea mata diperlukan untuk mengetahui identitas player. Ditambah, Lee Hyun harus bertahan di bisnis ini daripada mendapat uang secara cepat.


Royal Road harus bisa mendukung keuangan keluarganya paling nggak dalam 5 tahun kedepan.


'Dengan cara begini, Royal Road akan memberikan keluargaku sesuatu untuk hidup untuk lima, nggak, sepuluh tahun. Lalu, aku bisa mengirim Hye Yeon ke universitas. Pokoknya harus stabil. Aku memang keluaran SMA, tapi Hye Yeon berhak mendapat hidup yang lebih baik.'


*Ring*
Telepon tiba-tiba berbunyi. Lee Hyun melihat sekeliling dan menyadari bahwa nenek dan Hye Yeon sedang tidak di rumah, jadi ia mengangkat teleponnya dengan malas.


"Halo. Siapa ini?"


-Lee Hyun, apa itu kau? Suaramu masih terdengar kasar, man. Ini gue, Sang Hoon.


"Oh elu, Sang Hoon."


Lee Hyun tak mendengar suaranya dalam waktu yang lama.


'Sejak aku keluar dari SMA'


"Hey, ada apa?"


-Kita mau adain reuni alumnus malam ini.


"Aku gak peduli soal itu. Bukankah harusnya itu didatangi cuman mereka yang lulus aja? Gak lucu kalau keluaran sepertiku datang ke reunian."


-Tapi—
"Ga pake tapi-tapian. Kau tahu kenapa aku aku keluar sekolah. Aku tak mau ada apapun yang berhubungan dengan sekolah. Cukup."


-...


"Tolong aku, Sang Hoon. Jangan pernah telepon aku lagi."


*Brak*
Lee Hyun menjatuhkan gagang teleponnya dan menghela nafas dalam-dalam. Barusan adalah panggilan yang paling tidak ia inginkan. Jika saja ia punya sebuah penghilang ingatan seperti di film MIB, maka, tanpa basa basi, ia akan menghapus ketiga tahunnya saat di SMA— masa-masa yang paling buruk dalam hidupnya.


Pada waktu itu, Lee Hyun dihajar dan diancam oleh para rentenir. Ia harus bersembunyi untuk pergi ke sekolah. Ia harus pergi sekolah waktu subuh dan pulang saat tengah malam layaknya bermain petak umpet. Selama beberapa hari, Lee Hyun berhasil menghindari para rentenir, namun mereka lebih pintar dari yang Hyun pikir. Mereka menyewa preman untuk mengancam para guru.


Lee Hyun bahkan pernah diperintahkan oleh guru kelasnya untuk membayar hutangnya, tepat di depan teman-teman sekelasnya. Sang guru tampak bersujud dan memohon pada Hyun yang masih bingung, dengan tangisan dan berkata bahwa ia tak mau ikut campur dengan kegilaan para rentenir.


'Itu adalah batas yang bisa kuterima. Aku keluar sekolah keesokan harinya.'


Lee Hyun sedikit penasaran dengan seperti apa teman-temannya di kuliah. Namun menunjukkan wajahnya di acara reuni hanya akan membangkitkan momen-momen yang memalukan.


'Kebenaran yang tak bisa aku hindari adalah, satu-satunya yang tersisa untukku adalah untuk bermain game virtual reality.'


Lee Hyun menyelesaikan makan siang dan masuk ke dalam game lagi.


***


Weed tak pernah absen dengan rutinitas hariannya, duduk di depan manor Rodriguez dari pagi sampai sore. Siapa lagi yang bisa bertahan dengan hari-hari membosankan seperti ini?


"Apa yang kau pikir tentang leveling di West Valley? Hippies punya level tinggi, tapi kalo kita hajar bersama, mereka gampang."


"Aku denger kau bisa gabung dengan quest pengawalan untuk karavan yang pergi ke Eline Village?"


"Harga untuk darah troll naik hampir tiga kali lipat. Aku takut peperangan besar bakal terjadi."


Banyak percakapan terdengar oleh telinga Weed. Duduk di tempat itu, Weed dapat mendengar banyak informasi. Ia mempelajari apa yang terjadi di dunia ini. Tanpa kesenangan seperti ini, ia bakalan menyerah. Ketika Weed memukuli orang-orangan, paling nggak ia menikmati karakternya bertambah kuat. Cukup menyiksa bahwa ia harus duduk berdiam di bawah cahaya matahari yang panas.


'Bukankah Buddha menatap sebuah tembok selama beberapa hari, bermeditasi?'


Ia mengalami hal yang sama, dengan tujuan untuk menemui Rodriguez. Pada dua hari terakhir, Weed bertemu dengan Pale dan Irene untuk leveling bersama. Mereka tak sekuat Weed, jadi mereka mendapat EXP lebih lambat. Tetap saja, mereka bisa leveling semau mereka, pagi dan malam. Karena jadwal mereka yang fleksibel, mereka menyusul level Weed.


30% bonus EXP pada malam hari rasanya sia-sia karena monster juga lebih kuat 50% daripada siang hari. Kebanyakan, leveling di siang hari lebih efisien untuk player level rendah.


Ditambah, Weed serasa dihukum karena belum menentukan profesinya, jadi ia tak bisa belajar skill apapun. Ia bakal ketinggalan di skill level jika ia berubah profesi pada level yang lebih tinggi dari rata-rata player. Dan juga, kesabarannya diuji dengan menghabiskan waktunya berharga dengan menunggu di tengah jalan.


'Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Sculpture mastery... sculpture...'


Weed melihat sekelilingnya. Ia menemukan sepotong kayu yang sepertinya jatuh dari roda sebuah gerbong. Setelah mengambil kayu itu, Weed mengaktifkan skill memahat.


"Ukir ini."


*Slide*
Saat tangan Weed bergerak, kayunya terpotong di bagian ini dan itu.


"Apa apaan! —"


Ketika skillnya selesai mengukir, Weed menghela nafas. Yang tadinya adalah sepotong kayu berbentuk kotak sekarang berkurang menjadi potongan-potongan bulat kecil.


"Mending aku ukir sendiri."


Weed mengambil potongan kayu yang lain dan mulai memotongnya dengan pisau memahat. Dengan pengalamannya menjahit di pabrik tekstil, kerajinan terasa seperti bagian dari dirinya. Pisau memahatnya sangatlah tajam dan dengan sedikit sentuhan, ia dapat mengukir kayunya. Setelah beberapa percobaan, akhirnya Weed berhasil mengukir potongan kayunya menjadi sebuah pedang pendek.


EXP skill Sculpture Mastery meningkat
EXP skill Handicraft meningkat


Dua pesan instan muncul berurutan. Weed mempelajari sesuatu— bahwa ia tak butuh untuk bergantung pada skill memahat untuk mengukir sebuah benda, dan ketika ia menggunakan skillnya, ia harus mengenali dengan jelas bentuk apa yang sedang ia kerjakan.


'Aku mending latihan memahat lebih banyak.'


Bosan, Weed mengumpulkan beberapa potongan kayu dan mulai mengukur mereka.


'Lumayan menyenangkan.'


Tiba-tiba Weed ingat pada saat ia masih SD, guru seni nya memujinya karena dapat membuat barang-barang bagus. Apa yang Weed ukir biasanya jadi tak berguna, tapi beberapa dari mereka tampak lumayan bahkan di matanya. Ia memakan waktu 5 jam mengukir potongan kayu. Tampak aneh emang seorang pria duduk sambil memotongi potongan kayu dengan pisau ukir, namun ia merasa lebih baik begitu daripada membuang waktu sia-sia.


Level up: Sculpture Mastery [2]
    Mampu memproduksi barang yang lebih rumit.
    Mengurangi kemungkinan gagal saat menggunakan skill.


Skill handicraft dan sculpture mastery milik Weed naik level lumayan cepat karena mereka hanya butuh sedikit EXP untuk naik level.


"Wow."


Weed terkagum. Saat level sculpture mastery nya naik, beberapa window muncul ketika ia mengukir potongan kayu. Beberapa tips muncul, seperti bagaimana cara memotong lingkaran atau pola apa yang tersedia. Weed bisa memilih salah satu dari tips nya, yang secara otomatis di proses. Sekalipun ia membuat suatu kesalahan, sculpture mastery membantunya memperbaiki produk akhirnya.


Sekarang ia membuat patung berkualitas. Weed mengukir rubah yang telah ia buru pada malam yang lalu, dan sebuah patung serigala ternyata lebih mudah dari yang ia kira. Ia meletakkan patung hewan yang telah selesai disampingnya. Skill level Weed saat ini adalah 2, namun Zahab's Engraving Knife membuatnya jadi level 4.


Pisau itu adalah item yang sangat langka yang mana semua sculptor mau mati untuk mendapatkannya. Masalahnya, nggak ada yang peduli. Profesi sculptor itu hampir punah. Sekalipun ada, level mereka juga tak terlalu tinggi, jadi rasanya sia-sia berharap untuk mendapat harga yang tinggi untuk Zahab's Engraving Knife. Ketika Weed menyelesaikan salah satu ukirannya.

    Status baru: ART

"ART?"

    ART: Sebuah talenta untuk memahami keindahan, ART menjadikan makanan dan produk yang elegan kedalam sebuah rasa estetis nyata. Naik ketika kamu melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuh sesuatu yang indah, atau dengan menciptakan karya seni.

"..."


Weed terdiam. Setelah menghitung potensi tak terbatas yang dijanjikan oleh status ART, ia membuat pilihan dengan cepat.


"Hapus status ART!"


    Status tak dapat dihapus.

"Anjrit!"


Player tak bisa membuat status terus menerus. Jumlah maksimal slot untuk status adalah 15. Weed tak bisa memaafkan ketika salah satu slot nya terisi sia-sia dengan status ART. Ia berencana untuk mengisi slotnya dengan yang pasti ia butuhkan.


'Mau gimana lagi dah!'


Karena Weed tak peduli sama sekali dengan status ART, ia berjanji bahwa ia tak akan pernah menaikkan satu pun statusnya dengan bonus status poin saat naik level. Ia cukup lega saat mengetahui bahwa statusnya akan bertambah secara otomatis, sekalipun ia tak tahu bagaimana cara itu bekerja.


Weed terus mengukir potongan kayu. Namun, ia lebih tertarik dengan efek sampingnya daripada sculpture mastery nya sendiri.


'Sculpture mastery itu gak berguna. Tapi skill handicraft sangat berguna di banyak area. Skill itu bisa meningkatkan serangan pedang, dan panahan bergantung pada tangan. Aku bisa membuat kerajinan yang sensitif juga.'


Skill handicraft adalah skill yang penting yang mempengaruhi segala hal.


    EXP skill Handicraft meningkat






Level up: Skill Handicraft [3]
    Mampu belajar Cooking dan Tailoring.
    Menambah kekuatan serangan senjata jarak dekat dan jarak jauh. (+3% ATK)
    Menambah kekuatan serangan dengan tangan kosong. (+5% ATK)

Skill handicraft Weed mencapai level 3 karena sculptural ART membantunya mendapatkan EXP lebih cepat.


'Benar-benar terbayar.'


Weed merasa puas dengan kenaikan level skill handicraftnya. Jelas karena karya seni yang telah ia produksi, yang ternyata, merupakan hasil level 4 karena Zahab's Engraving Knife, tapi sculpture mastery adalah faktor utamanya.


Masak dan menjahit, sebagai contoh, juga berefek bagus pada skill handicraft, namun mereka tak dapat menandingi sculpture mastery dalam hal delikasi dan kecakapan. Simpelnya, sculpture mastery termasuk penting untuk meningkatkan skill handicraft. Tak perlu dikatakan, tak ada orang yang mau mengambil sculpture mastery untuk menaikkan skill handicraft.


"Asem, aku gak bakal belajar menjahit. Gue benci itu!"


Weed memperkirakan bahwa mempelajari skill dasar memasak akan menguntungkan, agar ia dapat menikmati makanan enak dengan resep online. Juga karena memberi bahan langsung ke toko pangan dan memasaknya sendiri jauh lebih murah daripada memesan makanan di restoran yang bagus.


Dan juga, Weed dapat menjaga stamina nya lebih baik dengan penggunaan makanan yang ia buat sendiri ketika ia sedang pergi melakukan misi berburu untuk satu minggu atau lebih tanpa kembali ke kota. Makanan instan tak bisa mengembalikan stamina secara penuh.


Lagian, Weed dihantui bayang-bayang ingatan menjahit di pabrik tekstil yang membuatnya dengan tegas menolak belajar skill menjahit.


'Aku benci menjahit lebih dari apapun. Aku tak akan lagi memegang benda itu lagi.'


Terlalu fokus dengan membuat patung, Weed tidak menyadari bahwa ada beberapa orang disekitarnya sampai telinganya mendengar pembicaraan aneh mereka.


"Wow, cantik sekali."


"Mereka seperti nyata."


"Aku tak pernah melihat karya seni seperti ini sebelumnya."


Weed melihat ke arah orang-orang itu. Ada sekumpulan orang-orang melihat patung-patungnya dengan kagum. Seorang gadis yang kecil dan manis menunjukkan jarinya pada patung yang seperti kelinci.


"Hai, paman, apa itu dijual?"


Weed biasanya bakal membenarkan panggilan tersebut dan menjelaskan bahwa ia masih muda, sama halnya ketika wanita yang masih jomblo di umur 30an berreaksi ketika dipanggil "nona tua". Tapi...


"Ya. Apa yang bisa aku lakukan untukmu, gadis kecil?"


Kata Weed, tersenyum sopan, karena ia mencium bau uang.


"Aku ingin yang itu. Berapa harganya?"


Sambil memberikan patung kelincinya, Weed berpikir.


"Ini..."


Weed agak bingung untuk menentukan harganya. Jual patung ini dengan murah untuk sedikit keuntungan, atau mereka akan tak laku selamanya, ujung-ujungnya ku buang. Weed mengangkat dua jari.


"Harganya segini."


Kata Weed.


"Dua silver? Wah lebih murah dari yang aku kira."


Si gadis membayar dua koin silver dan mengambil patungnya.


"Kelinci ini sangat lucu. Aku akan menyimpannya sebagai suvenir."


Sambil bengong, Weed melihat si gadis pergi dengan senang. Dua jari yang ia maksud adalah 2 copper. Hanya 2 koin copper. Tapi si gadis membayarnya 100x lebih banyak dari yang ia maksud.


"Hey, aku mau beli satu."


"Aku juga. Aku mau beli 2 rubah yang itu."


Patung jualan Weed laku keras. Yang kecil berharga 2 silver, dan yang besar 3 silver. Model rubah dan kelinci yang ia buru di sekitar benteng lebih populer daripada yang berbentuk pedang atau perisai.


Hewan-hewannya tampak imut, dan para pelanggan menyukainya sambil mengingat tentang masa-masa newbie mereka. Player dengan level 100 dapat dengan mudah mendapatkan beberapa gold sehari. Bagi mereka, 2 silver adalah harga yang sangat murah. Stok patung dengan cepat habis.


"Bisakah kamu membuatkan kami patung berbentuk rubah? Seekor rubah dengan ekor sembilan. Bisakah kau melakukannya?"


Weed berpikir sebentar dan mengangguk. Permintaannya tak terlalu susah. Rubah biasa ditambah sembilan ekor. Kenapa tidak?


"Ya, tuan. Tapi anda harus membayar harga extra untuk versi yang disesuaikan."


"Berapa harganya?"


"5 silver cukup."


Ketika angka '5' muncul dari mulutnya, Weed menyesal barangkali ia telah meminta harga berlebih, namun si pembeli dengan cepat membalas.


"Sip. Aku mau itu. Kalau gitu, kau harus membuatnya tampak sangat indah. Ya?"


Di dalam benteng, ada toko memahat, namun mereka hanya menyediakan patung berukuran besar, dan kadang-kadang dihias dengan emas dan berlian, dan tak mampu dibeli oleh kebanyakan player. Karena tak ada orang lain yang tertarik dengan sculpture mastery, patung yang dibuat oleh Weed memiliki nilai tersendiri.


"Wow, keren sekali."


Mereka yang membeli patung merasa sangat senang, membanggakan apa yang baru saja mereka beli.


"Bolehkah aku tahu namamu? Jadi bila aku ingin membeli lagi, aku bisa mencarimu."


"Weed — Sculptor Weed. Jika kau ingin patung dengan bentuk khusus, jangan sungkan untuk menghubungiku."


"Terima kasih. Sampai jumpa."


Sebelum matahari terbenam, rumor tentang sang pemahat tersebar luas sampai sisi lain benteng dan orang-orang datang mengunjungi Weed.


"Itu dia."


"Aku ingin kau membuat beberapa patung untuk kami."


Weed mendapatkan 4 silver dari leveling semalaman di lain hari, tapi satu atau dua patung dapat menghasilkan lebih. Hanya membutuhkan 10 menit untuk mengukir sebuah patung. Karena bahannya hampir tak butuh biaya apapun, itu adalah pertukaran yang sangat menguntungkan.


Hari berikutnya, Weed mengunjungi tukang kayu dan membeli kayu dalam jumlah banyak. Ia mulai memproduksi patung dengan banyak. Sejalan dengan naiknya skill handicraft dan sculpture mastery, karya seni yang ia hasilkan tampak lebih indah dan halus.


Pastinya, dengan kemampuannya yang tinggi, patung-patungnya laku lebih cepat dan dengan harga yang lebih tinggi. Mahakarya yang sukses, satu atau dua dari seribu karya seni, kadang-kadang bisa masuk lelang. Opininya terhadap sculpture mastery sedikit berubah — sebuah kerja sampingan untuk mendapatkan uang saku yang cukup memuaskan.

No comments:

Post a Comment