Thursday 23 April 2015

Moonlight Sculptor Vol 1 Chapter 4

Weed Yang Mengerikan


Peradaban dari Benua Versailles sudah ada sejak sekitar 1.08 milyar tahun yang lalu. Pada waktu itu, manusia, elf, dwarf, dan orc hidup bersamaan.
Wanita dwarf dengan tangannya yang tangkas bertindak sebagai ibu asuh pada bayi orc. Orc yang masih bayi dibaptis oleh wanita elf, dan wanita manusia memandikan mereka di air bersih. Keempat ras hidup bersama, dan mengisi apa yang tidak mereka miliki satu sama lain.


Pemanah elf mengumpulkan buah-buahan dari pohon, para pengrajin dwarf membuat peralatan, dan pengintai manusia berburu bersama prajurit orc. Karena banyaknya monster yang mematikan di dunia yang luas, mereka yang lemah tak punya pilihan selain bergantung pada yang lain untuk bertahan hidup. Orc, yang telah dewasa dalam dua atau tiga tahun, adalah warrior yang kuat secara alami. Lahir dengan kekuatan yang besar dan naluri berperang, mereka menyokong para elf dan manusia.


Para orc bertindak sebagai ketua dari keempat ras baik dalam nama maupun realita karena tak ada ras lain yang mampu menyamai kesuburan dan kemampuan bertempur orc. Namun, ketika manusia mengembangkan teknik pertanian, menjinakkan tanaman dan hewan, mereka mengambil alih sektor persediaan makanan, dan lambat laun melawan kekuasaan orc.


Para elf, yang mempelajari sihir elemental dan spirit dengan bantuan alam, menjadi arogan dan mulai menjaga jarak dari orc, yang mereka anggap bodoh. Para dwarf meningkatkan teknologi metal mereka hari demi hari, yang memberi mereka senjata generasi baru untuk melawan orc. Aliansi dari keempat ras bubar setelah acapkali mereka tak mempunyai pendapat yang sama dan iri satu sama lain.


Manusia membuat kota-kota, yang akhirnya digabung bersama untuk membuat sebuah kerajaan, di tanah yang kaya. Para elf hidup di Forest of No Return dimana kekuatan elemen dan spirit bertambah kuat, menambah jangka sihir mereka secara luas. Para orc berpencar ke alam liar dan tanah yang belum dijangkau, berburu dan mengganggu mereka yang memiliki peradaban semau mereka, menikmati pertempuran tanpa batas. Para dwarf tinggal di dalam gunung, menambang biji besi dan meningkatkan kerajinan mereka.


Tanpa bisa dihindari, manusia dan orc bertikai soal makanan, dan para elf dan dwarf membenci satu sama lain dalam perjuangan di alam bebas. Ini adalah sejarah dari Benua Versailles, legenda empat ras yang terlupakan.


***


Rumor tentang orang aneh tersebar kemana-mana di Benteng Serabourg. Ia adalah makhluk buas yang telah mengayunkan sebuah pedang kayu pada orang-orangan sawah tanpa kata selama empat minggu berturut-turut di Training Hall.


*Bruak* *Slash*
Weed mengayunkan pedang kayunya tanpa bicara. Serangannya pada orang-orangan menunjukkan tanpa ampun. Acap kali pedang kayunya menebas orang-orangan, suara keras terdengar. Pada hari-hari awal, ia sudah puas dengan hanya menyentuh orang-orangan. Saat STR dan AGI nya bertambah, ia menambah kekuatan pada tiap serangannya.


"Itu dia player beneran bukan?"


"Emang lu pikir dia beneran player? Gak mungkin kayaknya."


"Lihat itu. Gue pikir sih bukan player."


"Paling NPC mah itu?"


"Dengan kemunculannya yang tiba-tiba..."


"Dia pasti seorang NPC yang berhubungan dengan suatu quest!"


Mata dari para player bersinar dengan entusias dan beberapa player menawarkan makanan dan uang agar Weed mau berteman, sambil berharap bahwa ia adalah NPC. Tak mau dianggap sebagai pengemis, Weed menolak mereka, namun mereka tak menyerah.


"Ayolah, ambil nih..."


"Mau sesuatu yang lain? Ngomong aja, gue cariin."


"Bukannya pedang besi bakal kerasa lebih nyaman daripada pedang kayu ini? Aku bisa kasih kamu long sword, dan pasti itu bakal berguna."


Mereka mengikuti Weed dengan harapan ia mungkin akan memberikan mereka sebuah quest spesial. Mereka tak tahu pasti, karena Weed terus-terusan mengatakan bahwa ia bukanlah seorang NPC, dan mengusir mereka, sambil mengatakan bahwa mereka mengganggu latihannya. Anehnya, mereka malah tambah percaya kalau Weed adalah NPC.


"Dia nolak semua hadiah."


"Sapa yang bisa mukulin orang-orangan gak selama satu dua hari, tapi selama 4 minggu berturut-turut?"


"Dan ia adalah teman dekat dari instruktur...!"


Sang instruktur, yang biasanya selalu meremehkan para player, bersikap baik pada Weed, sampai berbagi makan siang dengannya setiap hari. Di mata publik, Weed tak tampak seperti manusia. Satu-satunya cara untuk membedakan player dengan NPC adalah ketika mereka mengatakan identitas mereka. Inilah kenapa Weed membuat banyak player lain salah kaprah.


Beberapa player dengan level tinggi mengerti tujuan Weed untuk meningkatkan STR dan status yang lain. Mereka datang mendekatinya dan bersikap baik padanya. Mereka mendekatinya dengan suatu alasan, mengetahui secara pasti bahwa ia adalah player.


"Kalau kamu join klan ku, kami bakal support kamu, yakin deh gak bakal kecewa."


"Kami akan sponsori kamu sampai kamu mencapai level 100. Suwer!"


Royal Road memiliki fitur klan dan guild seperti game online yang lain, tapi ada sesuatu yang lebih besar.


Emperor!
Tujuan dari semua klan dengan ranker level tinggi adalah untuk menduduki posisi Emperor di antara mereka— untuk membangun kerajaan mereka sendiri di Benua Versailles, dan menjadi pemimpin semua makhluk.


Dengan pajak yang dikoleksi bulanan, para bangsawan dan raja bisa membangun fasilitas yang penting seperti lumbung padi dan bengkel blacksmith di kota yang mereka atur, atau mengeluarkan uang untuk merekrut prajurit dan melatih mereka dengan baik.


Cenderung dilakukan seorang penguasa, mereka meningkatkan ekonomi dan teknologi. Inovasi teknologi dapat menghasilkan senjata yang lebih baik yang dibuat oleh blacksmith, dan ukuran sebuah kota tergantung pada keamanan publik dan kebersihannya.


Dalam aturan nasional dan regional dan mengatur hubungan diplomatik dengan negeri lain, sang raja yang berada di puncak piramid kekuasaan memiliki autoritas tertinggi dari yang lain. Raja membangun kota-kota dan benteng-benteng untuk memperluas daerah kekuasaan mereka, memikat lebih banyak imigran yang bakal ia atur. Selain masalah dalam negeri, juga ada perang.


Jika dan saat seseorang menyatakan perang, para prajurit yang dipanggil oleh tiap-tiap raja bertarung satu sama lain dibawah komando seorang jendral. Player awam yang diperintahkan berharap bahwa player yang menjadi raja harus bijaksana dan adil. Sehingga, kota yang mereka tinggali akan berkembang lebih baik, dan pertukaran dagang akan lebih dinamis, yang akan membantu player untuk sukses dalam game.


Tetap saja, Weed menolak semua tawaran klan.


STR +1
AGI +1
VIT +1
Fame +20
HP +100


Pedang kayu yang tak menunjukkan tanda-tanda untuk istirahat tiba-tiba berhenti di tengah-tengah ayunan. Lalu Weed menutup matanya.


'Aku berhasil.'


Selama 4 minggu, menurut waktu game, Weed telah meningkatkan statusnya sebanyak yang ia bisa di dalam Training Hall. Dan sebagai tambahan, ia mendapat sedikit fame— tak rugi  untuk mendapat beberapa fame.


Lebih banyak fame yang kau punya, kau bisa membeli barang-barang dari toko pangan dan bengkel blacksmith lebih murah, dan kau juga bisa mendapat lebih banyak respek pada saat berbicara atau bernegosiasi dengan NPC. Sang instruktur, yang telah mengamatinya dengan gembira dari jauh, jalan mendekati Weed dan berkata,


"Selamat, Weed."


"Terima kasih, pak."


"Aku tidak mengira kamu akan mencapai sejauh ini. Namun ternyata aku salah. Aku sangat bangga padamu."


"Saya berhutang pada ajaran anda, instruktur yang terhormat."


"Haha! Kau benar sekali," Si instruktur tertawa lepas.


Weed tau dari pengalamannya bagaimana kata-kata simpel dapat membuat instruktur senang. Sang instruktur menyerahkan sebuah pedang pada Weed.


"Pedang apa ini...?"


"Ini milikmu. Pedang ini diberikan pada orang yang dengan sukses menyelesaikan program latihan basic."


"Latihan basic..."


Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di pikiran Weed. Ia mengetahui bahwa ia bisa menaikkan statusnya dengan cara mengayunkan pedang kayu ke orang-orangan di Training Hall. Ketika ia melihat-lihat komunitas online game, ia membaca sebuah posting tentang itu di sebuah forum yang diatur oleh beberapa klan berukuran kecil.


Jadi, ia telah berfokus untuk menaikkan statusnya sebanyak mungkin di Training Hall sebelum ia mulai secara serius. Ada alasan bagus untuk ini. Tentu, menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk menaikkan status satu demi satu rasanya tak terlalu berguna. Player lain akan memilih menggunakan item yang menambah status daripada melakukan latihan seperti itu, yang jelas lebih cepat.


Namun, mendapatkan senjata adalah hal yang beda. Sudah pasti, ada perbedaannya. Kalau kau beruntung, kau mungkin akan mendapat senjata yang bagus pada saat bertualang, namun status awal akan tetap sama, tak peduli senjata atau equip yang kau pakai. Kalau kau menaikkan STR sebanyak 40 poin di pusat latihan, efek dari item +50 STR akan jauh lebih bagus daripada aslinya.


Status yang telah Weed dapatkan di Training Hall sudah pasti akan membantunya saat ia bermain kapanpun. Weed berpikir tentang perkataan si instruktur dan akhirnya bertanya:


"Apa anda tahu berapa orang yang menyelesaikan latihan basic hingga sekarang?"


"Ya, 17 disini." jawab instruktur dan setelahnya menambahkan kata-kata:


"Benua ini sangatlah luas, Weed. Aku pikir ada 3.800 orang yang menyelesaikan program latihan basic di seluruh Training Hall. Menurutku, tak ada yang menyelesaikan latihan basic secepaat kamu."


3.800 orang! Mata Weed terbelalak.


'Nantinya, mereka berpotensi menjadi rivalku.'


Pertanyaan Weed selanjutnya memecah kesunyian sesaat.


"Anda bilang ini adalah latihan basic. Apa anda menyediakan program latihan yang lebih tinggi?"


"Tidak, tapi ada tempat lain."


"Dimana itu?"


"Aku tak tahu dimana mereka berada. Namun mereka hanya terbuka untuk mereka yang ditakdirkan untuk menemukannya. Kau harus menyelesaikan program latihan basic sebagai syarat untuk latihan level selanjutnya."


"Terima kasih untuk informasinya, instruktur terhormat."


"Sama-sama."


Weed telah selesai dengan Training Hall. Ketika ia berpaling dan hendak pergi, instruktur memanggilnya.


"Weed, apa kau punya rencana?"


"Ada apa, pak?"


"Sebuah pasukan ekspedisi dijadwalkan untuk pergi ke Sarang Litvart seminggu dari sekarang. Seorang kenalan ku adalah komandan dari pasukan tersebut. Namanya adalah Midvale. Jika kau tak punya sesuatu yang ingin kau lakukan sekarang, kenapa tak membantunya?"


    Operasi Pembersihan Sarang Litvart
    Kerajaan Rosenheim tengah tersiksa oleh monster, yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Raja Theodarren, pemimpin Rosenheim yang adil dan penuh kebajikan, memerintahkan seorang knight yang terhormat, Sir Midvale, untuk mengeksplorasi Sarang Litvart dan membunuh para monster. Habisi monster di Sarang Litvart dengan Sir Midvale dan prajuritnya.
    Tingkat kesulitan: E
    Syarat Quest: Gagal bila terbunuh.


Permintaan instruktur adalah sebuah misi yang para player lain akan buru-buru menerimanya dengan senang hati. Pasukan Kerajaan Rosenheim adalah prajurit yang terorganisasi dengan baik, dan terlatih keras. Rata-rata level infantri mereka hampir 30, dan seorang knight memiliki level diatas 150.


Khususnya, knight yang memiliki nama sendiri dan dijuluki Titled Knights. Level mereka berada di antara 180-220. Pasukan dengan ukuran seperti ini dapat menghabiskan segala jenis sarang monster tanpa kesulitan. Sarang Litvart bukanlah sebuah pengecualian.


Berdasar pencarian Weed, Sarang Litvart dihuni oleh kobold level 20an dan goblin level 50an. Apa yang Weed harus lakukan setelah bergabung dengan pasukan hanyalah tetap bertahan hidup, entah ia aktif dalam pertempuran atau tidak. Itu adalah kesempatan emas yang ditawarkan padanya oleh niat baik instruktur. Namun Weed menggelengkan kepalanya.


"Maafkan saya, pak."


Quest ditolak


"Tidak mungkin... Apa yang mengganggumu, Weed...?"


"Bukan apa-apa. Hanya saja aku masih belum punya profesi."


"Oh Demi Freya... kau benar! Aku terlalu terburu-buru. Kunjungi aku kapanpun kau mau. Aku akan memberitahu mujika ada quest yang cocok untukmu."


Sang instruktur tak hanya sudah mencapai level 200, namun juga tetap menjaga hubungan dengan prajurit yang telah ia latih. Dengan kata lain, ia telah membangun sendiri jaringan di Tentara Kerajaan. Tetap saja, posisi instruktur yang lumayan rendah menghalangi para pejabat berpangkat tinggi untuk melacaknya. Tiba-tiba, instruktur bertanya dengan suara rendah:


"Weed, sudahkah kau memutuskan profesi apa yang akan kau pilih?"


"Belum pak. Saya mau pergi ke guild informasi untuk melihat profesi apa yang mereka sarankan."


Guild informasi memberikan saran bagi player, tergantung dari status dan skill mereka. Pada awalnya, kebanyakan player jalan di jalur yang sama, jadi guild informasi mengklasifikasikan mereka menjadi dua grup— profesi combat(melee dan support) dan profesi craft, termasuk merchant. Jarang-jarang, guild menawarkan profesi rahasia. Sangat jarang.


"Aku memberitahu ini padamu karena kau adalah... orang yang dapat dipercaya yang menolak sebuah profesi cacad seperti sculptor. Katakan dengan jujur, Weed— apa kau menyesal karena tidak mengambil profesi itu?"


"Tak mungkin, pak! Sculptor, aku tak akan mengambilnya bagaimanapun juga."


"Humph, aku tak pernah mengatakan ini pada siapapun... kau adalah yang pertama. Kemari lebih dekat."


Suara instruktur menjadi pelan seperti bisik-bisik. Ia berbisik dengan dekat di telinga Weed. Weed bergidik ketika nafas instruktur yang seperti orc menyapu wajahnya, namun ia menahan rasa jijiknya.


"Kau sedang mencari profesi yang hebat. Aku akan menunjukkanmu jalannya. Pernahkah kau mendengar tentang Rodriguez yang Bijaksana?"


"Ya, pak."


"Pergi temua dia. ia diakui dan dipuja sebagai bintang pengetahuan, dianggap mengetahui segala hal. Ia akan memberitahumu profesi apa yang paling cocok untukmu, jauh lebih baik daripada guild informasi. Tapi..."


"...?"


"Pokoknya dia itu agak aneh. Parahnya, kau tak akan tau dimana ia akan berada. Sifatnya jelek, nakal dan picik."


"..."


"Kau tak bisa menemuinya secara langsung dengan normal. Ia tak akan mau mendengarmu. Namun jika kau memberikan ini padanya, ia akan membantumu, hanya sekali."


Item: Queen Evane’s Handkerchief


"Terima kasih, instruktur terhormat."


"Tak apa. Aku merasa bertanggung jawab dengan pilihanmu karena aku tak bisa menyangkal bahwa banyak prajurit pedang merasa lebih jelek daripada moonlight sculptor. Semoga Freya akan membimbingmu untuk mendapat profesi yang bagus. Hati-hati dengan Konselor Rodriguez. Dia tak punya malu, jadi tak boleh memberitahu apa yang kau inginkan sampai ia memintamu."


Ketika Weed mengucapkan selamat tinggal pada instruktur di jalan keluar Training Hall, seorang pria berpostur tinggi mendekatinya. Pria tersebut bernama Python, seorang prajurit yang gagah dengan sebuah pedang raksasa.


"Apa kau akan pergi sekarang?"


"Ya."


"Hmm, kemana kau akan pergi?"


"Pertama aku akan mencari sebuah profesi, lalu aku akan bekerja keras untuk menaikkan levelku."


"Aku yakin kau akan masuk ke jajaran atas dengan cepat. Aku belum pernah melihat orang sepertimu di game online! Meskipun aku bangga dengan tangguhnya diriku, tapi kau benar-benar manusia baja."


Python adalah warrior level 288. Ia telah mempelajari skill baru, jadi ia datang ke Training Hall untuk mencobanya. Ketika ia sampai di Training Hall, itu dipenuhi oleh gerombolan player, yang berkumpul untuk mengamati Weed. Python pun juga tertarik.


Beberapa orang berpikir Weed adalah seorang NPC, namun ketika Python, yang digempit orang-orang, mendengar bahwa seorang player dapat menaikkan statusnya di Training Hall, ia mulai menghajar orang-orangan tepat disamping Weed. Aura yang disebarkan dari figurnya yang besar benar-benar kuat.


Dengan beberapa player yang ikut-ikutan, Python tanpa sengaja mengalihkan perhatian publik dari Weed. Pada minggu terakhir, Python adalah satu-satunya user yang berbicara pada Weed.


"Terima kasih atas pujiannya."


"Omong-omong, aku akan menunggunya! Hari dimana kita akan bertarung satu sama lain. Kau tak akan mengecawakanku, bukan?"


"Kau akan kecewa."


"Hah?"


"Dengan kelemahanmu, aku jauh lebih tangguh dari apa yang kau kira."


"BWUAHAHAHAHA!"


Python tertawa keras. Levelnya 280 dan bisa dibilang tinggi, dan ia adalah salah satu dari mereka yang bisa dibilang paling kuat dan dihormati, dimanapun ia berada. Ia tertarik dengan Weed, yang dapat membalas kata-katanya seperti itu. Mata Python menjadi sedikit lebih serius.


"Aku akan benar-benar menunggunya."


"Berhati-hatilah."


Weed mengucapkan selamat tinggal padanya, dan pergi ke rumah dari Rodriguez yang Bijaksana.


'Rodriguez yang Bijaksana, Bintang Pengetahuan, disebut mahakuasa dan mengetahui segala hal tentang benua. Ia akan memberiku petunjuk tentang profesi apa yang harus ku ambil.'


***


Manor milik Konselir Rodriguez terletak di bagian utara dari Benteng Serabourg, dan dijaga oleh prajurit, yang mengitari manor. Begitu Weed mendekati gerbang, dua prajurit memanggilnya agar ia berhenti.


"Berhenti! Ada urusan apa kamu disini?"


"Saya kemari untuk mengunjungi Konselir. Saya mempunyai sesuatu yang telah dipercayakan pada saya oleh instruktur dari Training Hall untuk beliau."


"Sayang sekali. Aku mengerti kau punya urusan yang harus diselesaikan, tapi Konselir tak mau bertemu seseorang dengan fame yang sangat kecil sepertimu," kata prajurit dengan tegas.


"Tapi saya memiliki artikel yang diminta instruktur untuk diantarkan kepada Konselir secara langsung."


"Itu bukan urusan saya. Apa kau pikir kau boleh mengunjungi Konselir hanya karena kau punya sesuatu untuknya?"


"..."


Pendeknya, butuh fame yang banyak agar dapat mengunjungi raja atau bangsawan dan fame milik Weed hanyalah 20, jauh lebih rendah dari syarat yang dibutuhkan untuk memasuki rumah konselir.


"Aku kenal secara langsung dengan instruktur di Training Hall dengan baik. Aku pernah dilatih secara langsung olehnya. Tetap saja, aku tak bisa membiarkanmu untuk masuk ke dalam manor."


"Jika anda bersikeras, bolehkah saya tetap berada disini selama saya tak masuk ke dalam manor?"


Kedua penjaga bingung dengan pertanyaan Weed.


"Jelaskan maksud perkataanmu, pemuda."


"Saya bertanya apakah anda melarang saya bila saya hanya duduk di jalanan ini sambil menunggu Konselir untuk keluar?"


"Tak masalah."


Si prajurit menambahkan:


"Jalanan dibuka untuk umum."


Weed mengangguk.


"Terima kasih atas ijin anda."


"Itu bukan apa-apa. Tapi..."


"Maaf, kenapa?"


"Aku memberitahukan ini padamu karena kau adalah kenalan dari instruktur. Konselir biasanya mengunci dirinya di dalam rumah selama kurang lebih seminggu. Apalagi jika seorang tamu tak diundang mengetuk pintunya, ia pasti akan menutupnya rapat-rapat. Apa kau masih ingin menunggunya?"


Liu Bei mengunjungi Zhuge Liang 3 kali untuk merekrutnya, dan ia ternyata menjadi sebuah pijakan dalam membangun sebuah dinasti baru di barat daya Cina. Sambil mengingat kejadian yang terkenal itu, Weed mengangguk.


"Ya."


Weed berjongkok di seberang manor, jaga-jaga bila Konselir keluar kapanpun. Ia kadang-kadang berbicara dengan para penjaga, dan mengetahui bahwa instruktur sangatlah dihormati oleh mereka dengan rank rendah. Seorang pria yang dulu bermimpi untuk menjadi seorang knight, dan sekarang ia memiliki kualifikasinya. Sementara, malam datang dan manor Konselir bertambah gelap.


'Aku bakal jadi pembohong kalau aku bilang tak berharap untuk mendapat apa yang aku mau dalam satu hari. Ia tak bisa sembunyi didalam selamanya.'


Weed menemukan bahwa sia-sia untuk berjaga di dekat manor karena Konselir sedang tidur. Ia pergi dari manor dan berjalan ke arah gerbang. Cahaya rembulan membuat para monster di Benua Versailles menjadi lebih kuat. Mereka menjadi lebih kuat sebanyak 1.5x, dan memiliki extra HP sebesar 30%. Itu membuat para player menjadi extra hati-hati saat malam.


Malam itu menjadi pertanda untuk petualangan pertama Weed diluar Benteng. Di sebuah lapangan yang luas banyak player berlari mengejar serigala, kelinci, dan rakun, sebuah gambaran yang diciptakan oleh newbie, yang Weed juga akan bergabung disana.


"Jadi aku punya sesuatu yang bisa aku gunakan sebagai senjata...?"


Ia mengambil pedang besi yang diberikan oleh instruktur, dan memegangnya erat-erat.


"Item stat window."

    Hard Iron Sword
    Daya tahan: 54/54
    Damage: 10-14
    Dihadiahkan kepada mereka yang menyelesaikan program latihan dasar. Pedang yang lebar dan panjang ini lebih baik dari senjata basic yang tersedia di bengkel blacksmith.
    Efek:
    +10 STR
    Syarat:
    STR 40
    VIT 35


Pedang yang diberikan oleh instruktur adalah salah satu yang terbaik untuk Weed. Ia mengayunkannya beberapa kali, dan menyadari bahwa keseimbangannya benar-benar pas, dan merasa nyaman dengannya. Weed mengecek senjatanya yang lain.


"Engraving Knife Stat!"

    Zahab's Engraving Knife
    Daya tahan: 984/1000
    Damage: 40-54
    Sebuah pisau ukir kecil, dibuat khusus untuk keahlian yang lembut. Pisau ini sangat tajam.
    Efek: Meningkatkan kemungkinan untuk mendapat serangan kritikal.


Pisau ukir memberikan damage yang lebih besar dari pedang besinya, tapi Weed memilih yang pertama. Dengan satu alasan, ia lebih panjang, dan dapat menyerang lebih jauh. Dengan pisau ukir, ia merasa agak susah untuk bekerja pada musuh. Pedang besinya lebih berguna untuk membunuh monster.


Apalagi, pisau ukirnya tidak gampang rusak, gara-gara ketahanannya yang tinggi. Keuntungan ini dimiliki oleh Weed, yang telah mendapat skill Repair, dan pedang besinya menyediakan lebih banyak kesempatan untuk mempertajam dan skill repair karena cukup rentan, dan membutuhkan perawatan berkala.


"Sip. Sepertinya aku siap."


Weed mengayunkan pedangnya dan melihat ke arah sekitar.


"Rakun, rubah, serigala, sini semua. Gue bunuh lu pada."


Baru saja ia berjalan dengan pedangnya untuk berburu.


"Permisi."


Seseorang berbicara pada Weed, yang sedang berjalan tanpa kata.


"Apa kau sendirian?"


Weed menoleh kebelakang. Ia melihat seorang perempuan yang manis di hadapannya. perempuan itu memakai topi kapas dan armor kulit berwarna biru.


'Perempuan.'


"Ya, cuma aku." Weed menjawab dengan pelan.


"Apa kau mau bergabung dengan kami untuk hunt? Kami punya magician, cleric, archer, dan monk."


Weed melihat kebelakang perempuan itu sebelum menjawab. Ada dua perempuan yang berpakaian seperti magician dan seorang pria yang seperti seorang ranger berdiri disana. Setelah ia mengukur-ukur, ia mengetahui kenapa mereka mengajak orang tak dikenal untuk join party mereka. Profesi mereka semua mengharuskan serangan jarak jauh. Mereka butuh warrior, dan seorang tanker yang mau melindungi mereka.


'Bukan ide yang buruk. Ini pertarungan pertamaku, dan sepertinya memang lebih baik untuk memulai dengan party. Mending cari aman daripada apes.'


Weed menerimanya.


"Kedengarannya bagus untukku."


"Terima kasih."


Weed bergabung dengan party.


"Senang bertemu denganmu. Aku Irene, level 7 priest. Aku bertugas untuk heal dan buff perlindungan."


"Aku level 6 magician, namaku Romuna. Kebanyakan aku menggunakan sihir elemen api."


Dua perempuan memperkenalkan dirinya dahulu, dan sekarang giliran si pria. Ia mempelajari wajah Weed dengan penasaran sebelum ia berbicara.


"Aku Pale, level 6 archer. Gila bener man, hunt solo di malam kayak gini."


"Hehe, aku Surka, level 7 monk."


Mereka telah memberitahu nama dan levelnya, dan sekarang giliran Weed.


"Namaku Weed. level 3."


"..."


Semua orang diam-diam merasa kaget.


Pale memberanikan dirinya dan bertanya:


"Dan equip apa yang kamu pakai?"


"Yang aku punya cuma pedang ini."


"..."


Bahkan di kantungnya, Weed hanya punya 5 koin silver. Leather armor yang bagus, harganya sekitar 30 silver. Weed malas mengerjakan quest biasa, jadi ia bahkan tak punya uang untuk membeli leather armor.


"Dan profesimu...?"


"Belum milih."


Weed menjawab dengan menggelengkan kepala. Ia merasa sesuatu tidak terasa benar, tapi apa itu ia tidak tahu.


"BAH!"


Pale akhirnya medesah. Ia tampak bingung.


"Aku piikir emang terserah kamu untuk mengambil waktu untuk profesi terbaik bagimu... Omong-omong, sepertinya kamu sedang hunt sendirian. Apa ini pertama kalinya kamu keluar?"


"Ya, aku baru kali ini bermain game virtual reality."


"Oh. Kenapa aku gak kaget mendengarnya?"


Mendengar respons dari Weed, Irene dan Romuna melotot ke arah Surka. Matanya seperti berkata bahwa mereka telah merekrut orang yang salah. Lv. 3, profesi : belum milih. Seperti hal tersebut kurang buruk, orang yang tampak lusuh ini adalah pemula di virtual reality.


Kekurangan pengalaman biasanya fatal pada saat berhadapan dengan monster di pertarungan pertamamu. Kau bisa kehilangan ketenangan, tak bisa berpikir apa-apa, lalu kehilangan nyawamu, urut seperti itu. Mereka mengerti tentang ini karena dulu juga pernah mengalaminya. Hewan-hewan ini, sekalipun di desain untuk pemula di dekat benteng, masih bisa dibilang buas dan kuat. Cukup menantang bagi single player.


"Whew... Aku pikir kita berada dalam masalah."


Pale tak tahu apa yang harus dikatakan dan hanya bisa tersenyum. Weed memutuskan untuk berbicara dengan jelas agar yang lain merasa nyaman.


"Aku akan keluar dari party kalau kalian pikir aku tak bisa banyak membantu."


"Aku minta maaf."


Surka mengakui kesalahannya dan membungkuk pada Weed meminta maaf. Pada saat ia mengamatinya lagi, ia lihat Weed hanya menggunakan equip basic.


'Aku pikir ia kuat karena punya sebuah pedang besi. Geez, darimana dia dapat pedang itu? kelihatan sangat bagus sekali...'


Weed menjauh dari party dan berjalan ke arah lapangan sendirian. Pale dan Surka merasa bersalah setelah mengeluarkannya.


"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Cari pengganti?"


Pengganti memang ada dimana-mana. Player tersebar di Benua Versailles, justru monsternya yang tampak sedikit.


"Dengar, kita sudah berjabat tangan dengannya."


"Kalau kita bertarung sebagai tim, pasti bisa, kan?"


"Aku pikir gitu, tapi..."


"Ayo kita coba."


Mereka mengejar Weed. Ia sedang sibuk mengamati sekumpulan kelinci dan rakun yang sedang melompat-lompat. Ia masih belum mengerti tentang para monster, berapa damage yang dapat mereka keluarkan dan bagaimana cara mereka menyerang.


Pale bertanya:


"Permisi, kalau kau masih tertarik, kamu ingin kamu bergabung lagi."


"Levelku masih rendah. Kalau memang tidak masalah, aku ingin bermain dengan kalian."


Weed berkata dengan hati-hati.


"well, gakpapa. Kita sekarang sebuah tim. Kau tak harus maju ke depan, dan jika kau mau, kau bisa berada di belakang kami."


Pale mengusulkan Weed untuk berlindung daripada aktif memburu monster. Di mata mereka, Weed hanyalah newbie biasa.


"Apa kalian yakin?"


"Tentu. Kau tak dapat mendapat experience sebanyak kami jika kau tak ikutan  bekerja, tapi prioritas utama mu untuk saat ini adalah untuk menaikkan level. Dengar, level 3 ke level 6 memiliki banyak perbedaan, sekalipun hanya beda 3 level. Jika kau pada level 3 dan menambahkan semua bonus status mu ke STR, kamu bakal mendapat 25. Aku punya 40. Tambahkan 10 bonus poin setelah berubah profesi, jarak dari kau dan aku melebar jauh."


"..."


Pale melalaikan satu hal, bahwa bonus dengan profesi user sebenarnya lebih dari itu. Contohnya, seorang archer memegang sebuah pedang dan seorang sword warrior memegang pedang, si sword warrior dapat mengeluarkan damage 2x lebih besar daripada archer yang menggunakan pedang. Di sisi lain, panahnya akan mengeluarkan hanya setengah dari damage seorang archer. Itulah, paling nggak, sebuah kekecewaan dari yang lain karena Weed belum mempunyai profesi.


"Sekarang, cukup berdiri di belakang dan lihat kami memburu monster, Weed. Jika kau menemukan waktu yang tepat, masuk, coba pukul, lalu kembali ke belakang. Itu akan membantu kita jika kau membingungkan monsternya, mengalihkan perhatian mereka ke arah lain."


Weed mengangguk.


"Oke."


Kebingungannya sudah dibereskan, dan Weed memutuskan untuk bergabung party mereka untuk hunt monster bersama. Itu adalah sebuah grup yang di desain untuk melawan monster di sekitar benteng, dan anggota timnya sudah pernah leveling tanpanya. Masalahnya, mereka menyadari bahwa terlalu berbahaya jika hanya Surka, seorang monk yang menaikkan AGI-nya untuk menghindari monster untuk mengkompensasi defense nya yang lemah, dan bertindak sebagai tanker. Itulah kenapa mereka mencari seorang tanker.


***


"Sialan."


Ahn Hyun-do, penerus dari Bonkuk Kumdo, salah satu sekolah tradisional pedang di Korea, mengerutkan mulutnya sambil merasa kecewa. Di dalam dojong(dojo), ratusan remaja dan orang dewasa berlatih Kumdo, meneriakkan teriakan pertempuran, atau disebut kihap, dalam bahasa Bonkuk Kumdo.


"Yatz!"


"Yatz!"


Ahn dapat mendengar teriakan kihap dan suara yang tercipta dari ayunan pedang. Sekali kau menjadi master pedang, suara dapat memberimu petunjuk sampai mana kemampuan seorang praktisi Kumdo.


Ahn adalah master Kumdo terbaik, diakui dunia, 4 kali juara di World Champion of Swordmanship. Sebagaimana Ahn bertambah tua, ia mendedikasikan waktunya kepada dojang miliknya dan melatih praktisi Kumdo generasi berikutnya, namun tangan dan tubuhnya tak pernah meninggalkan pedangnya, tak sedetikpun.


'Aku tak pernah melihat seseorang dengan keberanian. Harusnya aku melatih anak itu ketika ia masih ada disini. Ia punya sesuatu, sesuatu yang dapat mewarisi bakatku. Plus ia punya bakat dan keberanian...'


Dulu Ahn sudah puas dengan memiliki banyak murid yang kompeten. Mereka punya cukup bakat untuk mendapat sebuah medali di World Championship of Swordmanship yang diselenggarakan setiap 5 tahun. Namun, suatu hari, persepsi sang grand master terbalik 180 derajat.


***


Satu tahun yang lalu.
Seorang pria berumur sekitar 20an mengunjungi dojang milik Ahn.


"Halo, namaku Lee Hyun. Saya datang kemari karena mereka merekomendasikan bahwa ini adalah dojang terbaik."


"Nak, kamu pernah memegang pedang sebelumnya?"


"Belum, pak. Karena itulah saya datang kesini untuk belajar."


"Benar. Kau harus mempelajarinya. Terus belajar hingga kau mendapat gambaran besar tentang ilmu pedang, lalu kita dapat berbicara tentang siapa yang paling baik."


Ahn berpikir hanya itulah akhirnya, dan melupakan bocah itu sementara waktu. Lalu pada suatu pagi, ia melihat Lee Hyun mengayunkan pedangnya dibawah cahaya matahari. Lee Hyun telah melakukannya selama berjam-jam. Gerakannya bersamaan dengan pola nafasnya, dan pedangnya mengeluarkan suara yang indah. Ia telah mencapai level jauh dari apa yang pemula dapat raih dalam beberapa bulan. Ahn memanggil instruktur bawahannya dan bertanya tentang Lee Hyun, yang ternyata sangat khusyuk dengan latihannya tanpa henti.


"Omong-omong soal murid itu, dia agak gila. Aku belum pernah melihat orang yang terlalu terobsesi dengan latihan seperti dia."


"Terobsesi bagaimana dia?"


"Sekali dia mengambil pedang, ia tak akan melepaskannya, kecuali kami menariknya dari tangannya."


"Kau harus menarik pedangnya dari tangannya untuk menghentikannya?"


"Ya, master. Jika kami meninggalkannya sendirian, ia akan terus mengayunkan pedangnya sampai ia kehabisan nafas. Hari pertama ia bergabung ke dojang, ia mengayunkan pedangnya hingga tangannya penuh dengan luka dan darah."


"Sampai sejauh itu..."


"Ya, master. Hal yang sama terjadi pada hari kedua. Ia berlatih teknik pedang bahkan walaupun tangannya sudah berdarah, genggamannya masih erat, dan telapak tangannya sangatlah keras seperti batu. Jadi bukan hal yang mengagetkan bila ia meraih levelnya yang sekarang secepat ini."


"Hebat sekali dia!"


Ahn memilih Lee Hyun sebagai penerusnya tanpa memberitahunya. Bakat dan kerja keras. Sang murid memiliki keduanya, dan apa yang menarik pikiran dari sang master ialah matanya. Ketika Ahn menginstruksikan calon penerusnya untuk berduel, matanya tampak bersinar dengan sesuatu yang istimewa.


Itu adalah keinginan untuk bertarung, dimana orang biasa yang insting nya telah dihalangi oleh peradaban tinggi tak dapat mengeluarkannya. Itu hanya ditemukan di Lee Hyun. Itu masihlah waktu untuk mengetes kemampuannya. Ahn percaya bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan rencananya pada Lee Hyun, yang mungkin dapat membahayakan kemajuannya. Jadinya, sang master bersikap agak tak acuh pada muridnya, memotivasinya dengan banyak tujuan dan melihat kemajuannya dari jauh.


Lalu, pada suatu hari, Lee Hyun berhenti datang ke dojang.


— Kembali ke sekarang.


"Whew."


Ahn menghela nafas dalam-dalam.


"Aku ingin tahu apa yang ia lakukan sekarang. Seharusnya aku membuatnya menjadi penerusku selagi aku bisa."


***


Berlindung dibelakang Pale, Weed melihat pertempuran dari tempat yang aman.


"Irene, tolong aku!"


"Oke! Fire ball!" teriak Romuna.


"Kekuatan suci membimbing kami pada kemenangan, Blessing!"


Ketika Surka sang monk menyerang seekor rubah dari depan, Romuna, Pale, dan Irene menyerang si rubah dari belakang. Mereka mengambil strategi ini karena level Surka adalah 7, tertinggi diantara mereka, dan dua yang lain memiliki VIT yang rendah karena profesi mereka.


Sang rubah bergerak lincah dari satu tempat ke tempat lain. Ia menghindari pukulan Surka dengan hanya sedikit damage, dan ekornya menyerang ketika tiba-tiba berputar yang kadang-kadang mengeluarkan critical dan membuat Surka mundur.


Dengan sedikit darah tersisa, Surka sering berada dalam posisi bahaya. Lalu, Irene bakal memberinya heal dengan cepat untuk mengisi ulang darahnya dan anggota party yang lain menyerang si rubah untuk mengalihkan perhatiannya dari Surka.


'Mereka lumayan.'


Kerjasama dari keempat orang itu sangat kompak.
Mereka gak rebutan barang-barang drop, atau bertengkar gara-gara hal kecil. Tampak chemistry diantara mereka telah dibangun dari waktu yang lama. Mungkin mereka pernah membentuk tim sebelumnya di game online lain sebelum pindah ke Royal Road.


Tetap saja, mereka harus ekstra hati-hati ketika berburu rubah di level 5. Rakun dan kelinci memang gampang, yang Surka dapat hadapi sendiri. Tapi seekor rubah lumayan kuat.


Weed menyadari bahwa party ini berfokus pada rubah untuk diburu. Ia melihat pertarungan yang sedang berlangsung untuk sementara-sampai ia bosan. Mata tajamnya menganalisa pola gerakan para rubah dan Surka.


'Lebih gampang dari yang gue kira.'


Mereka mengeroyok satu musuh dengan 4 orang. Pergerakan seekor rubah sangatlah pelan dan gampang ditebak bagi Weed. Ia mengamati sampai ia mendapat keyakinan yang cukup. Lalu, ia memegang pedang besinya dan meninggalkan perlindungan. Surka tersenyum pada Weed yang datang ke sampingnya.


"Hati-hati, Weed."


"Oke."


Respon yang ia berikan sangatlah singkat. Monster di radar mereka lagi-lagi seekor rubah.


"Aku akan menarik perhatian rubahnya dulu Weed, kamu serang belakangan. Mungkin waktu rubahnya mau mati."


Surka memukul rubah, yang dengan reflek lompat ke arahnya. Romuna, Pale, dan Irene menghujaninya dengan serangan, baik fisik maupun magic, ke korban mereka. Ketika darah rubah tersisa 1/3, Weed beraksi.


Ia hanya punya sedikit pengalaman pertempuran sebelumnya di game virtual reality, namun ia telah terbiasa dengan ratusan duel menggunakan pedang asli. Ditambah, ia telah memukuli orang-orangan sawah puluhan ribu kali.


Pedang besi tampak mengeluarkan jejak putih berkilau di udara sesaat. Tampak di jejak putih yang berbentuk setengah lingkaran itu adalah si rubah. Weed telah mengukur waktu dengan sangat tepat sampai-sampai si rubah bahkan tak bisa untuk mencoba menghindarinya.


Serangan Kritikal!


Sebuah pesan instan yang hanya dapat dilihat oleh Weed muncul. Critical hit! Sesuatu yang hanya muncul ketika damage yang dikeluarkan dikali dua karena sebuah serangan yang efektif, hasil dari pengukuran waktu yang tepat.


*Slash*
Si rubah terbelah jadi dua, lalu menghilang dengan cepat. Ia menjatuhkan 2 item. Sebuah kulit rubah dan daging.


Kau bisa mengubah daging menjadi steak dengan cara memasaknya di tungku api, dan kulit rubah adalah salah satu dari bahan yang sering digunakan untuk pakaian. Produksi seperti itu membutuhkan skill tertentu. Newbie jarang mempelajari skill seperti memasak dan menjadhit. Lebih sering bahwa item-item ini pada akhirnya akan berakhir di sebuah rak di toko pangan terdekat.


"Gerakan bagus! Kau beruntung kali ini."


Tersenyum, Surka mengambil item dropnya. Pale dan Romuna, yang tengah merapal sihir paling kuat mereka dalam pikiran bawah si rubah bisa menyerang balik, merasa senang dengan keberhasilan anggota tim terbaru mereka.


"Weed, kita akan membagi drop itemnya setelah kita selesai hunt."


"Oke."


"Aku pergi narik rubah lain ya. Semuanya, siap."


"Oke. Bawa rubah yang drop item banyak lagi ya."


"Asem, emang aku bisa ngatur begituan?"


Kata Surka dengan bercanda. Ia memukul seekor rubah yang sedang berjalan, dan menarik perhatiannya lebih dekat.


"Fireball!"


"Blessing. Healing Hand!"


Surka bertarung dengan keras dengan rubah yang bergerak lincah. Pale dan Romuna menekan si rubah terus-terusan. Pedang besi Weed mulai beraksi saat darah rubah memiliki sisa 40%. Pedangnya tampak keluar dari sarungnya dan menyerang rubah secepat kilat.


*Swish*
Sayangnya, si rubah tak menjatuhkan item apa-apa kali ini, sekalipun itemnya gak terlalu bagus. Saat rubah ketiga, pedang Weed mulai beraksi pada saat 50% darah rubah tersisa.


Kritikal hit tak muncul kali ini, jadi si rubah bertahan dari serangan pertama Weed. Namun ia lanjutkan dengan serangan kedua yang tampak seperti air yang mengalir. Rubah yang mati hanya menjatuhkan 1 item.


"Apa?"


"Kayaknya ada yang aneh."


"Kita ngehunt rubah jadi lebih cepet."


"Waktu Weed menyerang mereka, pasti mereka selalu hampir mati."


Beberapa rubah kemudian, anggota timnya yang lain mendeteksi pola yang baru. Sejak Weed bergabung dengan party, kecepatan mereka saat berburu rubah bertambah cepat. Setiap Weed mengeluarkan pedangnya, para rubah tak bisa apa-apa kecuali terbunuh. Mereka menghilang dengan cahaya abu-abu seketika Weed mengangkat pedangnya.


"Apa-apaan!"


Mulut Pale menganga lebar, dan tak bergerak selama beberapa waktu. Karena Weed membunuh rubah dengan cepat, Surka sibuk membawa rubah yang baru dari tempat yang agak jauh. Sekalipun Pale tak ikut menyerang dengan panah, kecepatan berburunya tak terlihat bertambah pelan. Situasi yang tak dapat dicerna oleh mata dari anggota partynya terjadi tak lain karena status Weed.


Awalnya Weed telah mendapat 10 poin STR pada saat mengaktifkan akunnya, ditambah 40 poin yang ia dapat dari Training Hall. Ia telah menggunakan bonus status dari naik 2 level sebelumnya secara seimbang untuk STR dan AGI. Hasilnya, STR dan AGI nya mencapai 55 poin, dan stamina nya 50 poin.


Apalagi, Weed mendapat tambahan 10 poin STR dari pedang yang ia pakai. Untuk mencapai status seperti ini hanya dengan menaikkan levelmu, kau harus mencapai level 11 dan menggunakan seluruh bonus status ke dalam STR.


Apalagi, AGI, Stamina, Fighting Spirit, dan VIT Weed jauh dari apa yang seharusnya level 3 bisa capai. Paling tidak butuh 8 atau 9 level up lagi untuk status itu. Weed, level 3, setara dengan rata-rata level 30 warrior. Fakta yang lebih mengejutkan adalah Weed telah menaikkan skill Sword Mastery ke level 4 ketika memukuli orang-orangan sawah. Skillnya memberikan 40% damage lebih ke musuh.


Level skill Sword Mastery milik Weed sekarang adalah 4 + 98%. Ketika skillnya mencapai level 5, efek dari serangannya akan bertambah menjadi 50%. Dan juga, pedang yang diberikan instruktur padanya merupakan pedang yang sangat bagus dibandingkan pedang lain yang memiliki level setara. Singkatnya, seekor rubah tak ada apa-apanya jika berhadapan dengan Weed.


"Pedang itu pasti equip langka."


Pale merasa curiga. Jika tidak, mereka tak akan bisa menjelaskan kekuatan Weed yang tak normal. Mereka juga masih pemula, jadi mereka tak mengetahui bagaimana Weed tahu untuk beraksi pada waktu yang tepat.


Di perempuran dalam game online virtual reality, yang berdasarkan dengan gerakan di waktu nyata, seorang ahli bela diri pastinya bakal lebih bagus dari orang yang kaku.


Weed menggunakan teknik pedang yang telah ia latih dalam setahun terakhir, sampai dengan pijakan kaki yang tampaknya tak penting, yang tak dapat dilihat oleh mata mereka yang tak terlatih. Mereka dengan mudah percaya bahwa pedangnyalah yang hebat.


"Sangar."


Merasa senang, Surka menarik rubah satu demi satu. Weed memegang pedangnya erat-erat. Ia merasa bersemangat karena teknik pedang yang telah ia pelajari terbukti memiliki efek.


'Aku tak menyianyiakan waktuku. Sekarang!'


Serangan Kritikal!


Kebanyakan serangan Weed merupakan kritikal. Ia memperkirakan dimana si rubah akan bergerak, dan menyerang tepat kemana rubahnya pergi. Latihan panjangnya selama setahun dengan keringat dan darah benar-benar menunjukkan hasilnya.


"Go, go, go!"


Teriakan terdengar dari mulutnya. Ia tenggelam dalam pertarungan, terus mengamati para rubah dan mengayunkan pedangnya tanpa ampun.


Irene dan Romuna tertawa melihat Weed bertingkah dan tampak serius. Tiba-tiba, cakar rubah mengenai dadanya.


"Healing Hand!"


Tubuh Weed diselimuti cahaya putih. Lalu, ia sadar, bahkan sebelum ia menerima heal, darahnya cuma berkurang sangat sedikit.


"Mungkin..."


Weed memanggil Surka, yang sedang berlari untuk menarik rubah lain.


"Surka"


"Ya, Weed?"


"Berapa darahmu?"


"150. Kenapa?"


"Oh, gapapa. Penasaran aja."


Seekor rubah dapat memberikan damage maksimal sebesar 15. Tanpa pertahanan apapun, Weed selalu terkena damage maksimal, tapi darahnya sendiri melebihi 700.


"Oke, Surka. Gimana kalau aku yang TB(tahan badan) sekarang?"


"Yakin kamu bisa?"


"Ya. Jadi, kau terus aja narik rubah. Romuna dan Irene gak bisa pergi jauh karena stamina mereka cepat habis. Pale, bisakah kau memanah rubah yang agak jauhan untuk menariknya kemari?"


Dalam waktu dekat, Weed telah berubah menjadi seorang party leader.


"Tentu."


"Kalau gitu, Pale, tolong bantu Surka tarik rubah kesini."


Weed bergerak dengan liar. Ketika Surka kembali, sambil terkena damage rubah, ia dengan cepat menghabisinya. Para rubah yang datang karena panah Pale pun langsung mati. Weed mencapai level 4. Ia memutuskan untuk menaikkan seluruh bonus statusnya ke AGI.


Lebih tinggi AGI, lebih gampang untuk menghindari serangan musuh dan lebih banyak kesempatan seranganmu untuk mengenai musuh. Pedang besi yang dimiliki Weed sangatlah bagus untuk pemula, memberika tambahan ekstra untuk STR. Jadi ia dengan berani menaikkan AGI sebesar 5 poin, daripada menaikkan STR-nya.


Perburuan besar berlanjut. Romuna dan Irene merasa sangat senang dengan kecepatan mereka, dan tak dapat mempercayai keberuntungan mereka. Mereka tak pernah leveling sehebat ini.


"Surka, tarik lebih banyak rubah kemari."


"Yak. Serahkan semuanya pada kami. Kamu fokus aja buat narik musuh."


"Oke, kak."


Surka sibuk menarik rubah ke arah mereka. Begitu juga Pale.
Kalau Weed leveling dengan sendirinya, ia harus pergi berputar-putar untuk mencari monster dan harus sering istirahat untuk mengisi ulang staminanya ketika habis. Malah, party nya menyediakan umpan dan seorang priest untuknya, yang dengan jelas mempercepat kecepatan leveling mereka.


'Ini gak seperti main sendiri.'


Dulu pada saat Weed bermain Continent of Magic, ia selalu dikelilingi oleh monster. Weed terbiasa berjalan ke sebuah dungeon yang dihuni oleh monster dan bertarung sesukanya. Ia bakal login di pagi atau malam sampai ia kehabisan potion dan herb.


Inventory nya telah penuh dengan item yang sangat banyak hingga mengganggu gerakannya. Monster mengejutkannya dari segala arah. Weed juga pernah bertarung dikelilingi oleh monster. Ia telah membunuh sangat banyak, dan sebaliknya, terbunuh sama banyaknya. Weed merasa bawa sebuah party sangatlah beda dari bagaimana ia bermain dulu. Party terasa lebih efektif, dan ia merasa lebih senang. Tak lama strategi mereka menjadi bumerang.


"KYAAAAAAAAAAA!"


Surka membuat kesalahan mematikan. Ketika ia mencoba untuk menarik rubah, tanpa sengaja ia malah menarik serigala.


Ketika ia mencoba untuk lari, Surka berteriak:


"LARIIIIIIIII SEMUANYAAAAAAAAAA!"


*GRRRRRRAAAAAAAUUU*


Si serigala mengejar Surka dengan keempat kakinya. Giginya yang tajam meneteskan air liur. Saat yang lain masih kaget, Surka diserang oleh serigala terus menerus. Ia lebih cepat dari rubah, dan dengan mudah menghajar Surka. Tampak Surka hanya bisa menunggu ajal.


"Aku akan menolongnya. Kalian harus lari. Dengan kekuatan Holy Spirit, sembuhkan kesehatannya. Healing Hand!"


Irene sang priest menolak untuk lari, dan merapal Healing Hand terus menerus untuk mengisi darah Surka yang terus berkurang.


"Sialan!"


Setelah berpikir beberapa saat, Pale mulai memanah ke arah serigala. Satu, dua, tiga tembakan. Begitu ia mengisi panah di busurnya, ia menembakkannya. Multiple Shots, jurusnya yang paling kuat, terbang ke arah serigala, namun tak tampak efek besar.


Sekarang si serigala telah berpikir bahwa seluruh party adalah musuhnya, dan ia akan menyerang Irene dan Pale setelah ia membunuh Surka. Lalu, apa yang Weed lakukan? Ia mengangkat pedangnya dan maju kedepan.


'Bisakah aku melakukannya? Kenapa tidak!'


Pada pandangan pertama, gigi serigala dan cakarnya tampak mengancam. Weed yakin bahwa si serigala akan lompat dan menindih dirinya, daripada mencakar, lalu menggigitnya dengan gila.


"Kau harus kalahkan aku dulu sebelum melawan yang lain." Kata Weed, berdiri di dekat serigala.


Weed jelas tak berpikir bahwa serigala mengerti apa yang ia katakan, namun bagaikan instingnya tahu bahwa musuh yang paling mematikan baru saja muncul, matanya berbalik menghadap Weed.


*Grrrrrrrr*
Si serigala lompat, langsung menuju Weed. Weed bergulir ke satu arah dengan lincah, keluar dari jalur dimana si serigala melaju, dan mengayunkan pedangnya. Gigi serigala hampir menyobek lehernya.


Hasil dari gesekan tersebut saja mengurangi 80 point dari HP Weed.


"Weed, lari! Aku kehabisan MP, jadi aku gak bisa nolongin kamu dengan Healing Hand!" Teriak Irene.


"Anjrit. Priest apaan yang gak bisa ngatur MP nya?" katanya dalam hati.


Karena Irene bertugas penuh pada healing, harusnya ia selalu menyimpan cukup MP untuk jaga-jaga. Jika tidak, seseorang bisa mati, atau lebih parah, seluruh party bakal mati.


Weed pikir Irene pasti mempunyai suatu rencana saat ia berniat menyelamatkan Surka. Namun, apa yang ia punyai, sebagai seorang priest dari lahir, hanyalah hatinya. Kondisi yang sekarang tak memberikan waktu bagi Weed untuk menyalahkannya. Si serigala menggeram pada Weed.


Setelah beberapa api datang dari Romuna, tak ada lagi serangan magic dari belakang. Ternyata, ia juga kehabisan MP. Hanya Pale yang tersisa dan memanah dari jauh. Si serigala tampak penuh luka dan darah, namun apa yang dilakukan Pale sepertinya hanya menambah kemarahan si serigala.


"Sini kau, anjing!" Weed mengayunkan pedangnya dan berhadapan dengan serigala.


*Auuuuuuuuuuuu*
Sambil melolong, serigala lompat ke arahnya. Pada waktu itu, pose tubuh dan gerakan Weed berubah drastis. Kakinya terpaku pada tanah sementara pinggung dan pundaknya bergerak maju dan mundur. Seperti angin sepoi, Weed menghindari serangan serigala.


"Aku bodoh kalau aku mati disini."


Weed mampu memprediksi gerakan serigala selanjutnya, dan ia tak takut untuk mendapat luka.


'Aku tahu aku bisa mengalahkannya.'


Weed merengangkan genggamannya pada pedang dengan sengaja.


*Auuuuu*
Si serigala berteriak kesakitan. Sekalipun Weed telah mengorbankan sedikit kekuatannya untuk kecepatan yang lebih tinggi, damage yang diberikan oleh pedangnya masihlah sakit.


"Sialan!"


Weed juga terluka tiap saat serigala mencakarnya. HPnya turun dari 700 menjadi 200. Weed tampak mandi dengan darahnya sendiri.


"Maaf, Weed! Aku gak bisa memanahnya. Ia terlalu cepat!"


AGI rendah milik Pale membuatnya tak mungkin untuk serangannya mengenai serigala, yang bergerak secepat kilat.


"Aku akan bertarung juga."


Surka datang ke arah Weed. Ia telah terluka sebelumnya saat dikejar oleh serigala, jadi HP nya lebih rendah dari setengah. Dengan kaki yang bergetar, Weed berkata,"Sekarang dengarkan aku. Kalian semua lari ke tempat aman selagi aku bisa ngelindungi kalian."


"Tapi..."


"Ini adalah satu-satunya kesempatan. Sekarang!"


Pale dan Surka menatap kepada satu sama lain, tapi kaki mereka tak tampak menunjukkan tanda-tanda melarikan diri.


Lalu, Weed menambahkan.


"Kalian bodoh! Untuk apa kalian mengorbankan diri untuk orang yang tidak dikenal?"


Pale merasa seperti ingin menangis. Sebenarnya, Weed bisa saja menghindar dari kematian kalau ia mau. Ia bisa lari dari serigala ke arah gerbang benteng dimana para penjaga akan melindunginya dari ancaman. Malah, Weed maju, mengangkat pedangnya, dan berhadapan melawan serigala untuk anggota timnya, yang beberapa jam lalu belum ia kenal.


"Kak Weed."


Mata Surka berkaca-kaca. Ia yang lugu dan sensitif, sangat tersentuh dengan tingkah gagah Weed.


Sambil melihat serigala, Weed berkata.


"Kalau kau mau tetap disini, ya sudah. Aku akan berusaha semampuku untuk melawan anjing ini. Tapi, kau harus pergi dari sini saat aku terbunuh."


"Ya."


"Janji padaku."


"Oke."


Surka dan Pale agak menjauh, dan membuat sebuah pentas, dimana Weed dan serigala bertarung penuh darah, yang masih merupakan ancaman serius. HP Weed turun ke 150 dan tak lama, turun menjadi 70. Ayunan pedangnya tampak terus tak mengenai serigala dengan sedikit beda jarak.


Si serigala tampak berdarah sangat parah yang bahkan satu hit saja bisa membunuhnya, namun Weed terus-terusan gagal mengeksekusi serangan terakhirnya. Irene dan Romuna menyadari bahwa HP Weed akhirnya mencapai situasi yang berbahaya, dibawah 10%.


Jantung Pale berdetuk kencang, dan Surka terjatuh. Mereka mencoba untuk menarik perhatian serigala, namun serigala itu tahu bahwa Weed lah yang harus ia bunuh, dan menghiraukan player tak penting lainnya. Satu serangan lagi dari serigala, dan Weed akan mati.


Kalau Weed mati, ia akan kehilngan beberapa item dari inventory nya, 1 atau lebih levelnya akan turun dan akan di hukum dengan banned selama 24 jam untuk masuk Royal Road, semuanya karena Weed memutuskan untuk mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tak ia kenal. Si serigala terkekeh, dan merasakan bahwa ia unggul dari lawannya.


*Grauuuuuu*
Ketika sang serigala melompat untuk membunuh Weed dengan serangan terakhirnya, pedang Weed, yang sebelumnya tak mengenai terus-terusan, akhirnya merobek tulang serigala. Di mata Weed, beberapa pesan instan muncul.


Level naik



    Level up: Sword Mastery [5]
    +50% STR
    +15% AGI
    Skill: Kamu mendapat skill, Engraving Knife Technique.


EXP yang sangat banyak mengalir dari serigala sampai-sampai levelnya langsung naik jadi 5. Weed menggelengkan kepalanya, masih setengah berpikir.


"Apa ini engraving knife technique? Skill Check, Engraving Knife Technique!"


    Engraving Knife Technique (Lv. 1 0%): Memungkinkanmu untuk mengukir yang tak terlihat, dan tak berwujud.
    Konsumsi MP: 50 per detik.
    Legenda berkata bahwa Grand Master Zahab tanpa sengaja menemukan jalan kebenaran ketika ia mempelajari seni memahat— bahwa memahat ialah sebuah seni untuk merubah semua ciptaan melalui kemauan pemahat. Teknik rahasia Zahab diwariskan pada penerusnya.


Weed mengecek skill window dan menggeleng kepalanya tak percaya.


'Aku harus mencoba engraving knife technique ini untuk mengetahui apa itu sebenernya. Terlalu boros MP. Di levelku sekarang, aku tak dapat memakainya lebih dari 2 detik.'


Omong-omong, si serigala sudah mati.


*Guh*
Weed jatuh ke tanah, mukanya tampak pucat. Lalu, Pale, Irene, Romuna, dan Surka lari ke arahnya. Kata pertama yang Weed ucapkan pada anggota timnya adalah:


"Surka, kau baik-baik saja?"


"Kak Weed..."


Irene dan Romuna tampak menahan tangis. Surka malah tak bisa menyembunyikan tangisnya. Pale, satu-satunya pria selain Weed, tak bisa berkata apa-apa, hatinya dibanjiri emosi.


Jika HP player turun dibawah 10%, ia akan mati pelan-pelan. Dalam satu menit, Irene telah meregenerasi beberapa MP nya, lalu merapal Healing Heal untuk menyelamatkan Weed dari kematian.


"Terima kasih, Irene."


"Dengan senang hati, Weed."


Pandangan diantara Weed dan Irene menghangat; sebuah tanda bahwa ia mulai menyukai Weed, hal yang sama terjadi pada Romuna dan Surka. Yang bikin ia kaget, Pale, tampak seperti hormat dan kagum pada Weed yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya.


"Yuk kita lanjut," Kata Weed setelah merasa baikan.


"Apa kau baik-baik saja?"


"Yup. Sehat dan kuat."


Kata Weed, sambil menggulung lengan bajunya untuk memperlihatkan otot-ototnya. Surka tidak membuat kesalahan yang sama lagi. Party mereka dibawah komando Weed menciptakan rekor berburu 60 rubah dalam 4 jam selanjutnya.


Romuna, Irene, Pale, dan Surka semuanya naik level, termasuk juga Weed, yang mencapai level 6. Weed menaikkan semua bonus statusnya ke AGI.


"Whew. Bagus."


Kata Romuna, yang berkeringat banyak karena penggunaan MP yang berlebihan.


"Kami harus pergi sekarang. Kami harus masuk kelas besok pagi."


"Kita harus hunt bersama lagi nanti. Kau akan berada disini besok kan, Weed?" Tanya Romuna, dan Weed menjawab dengan anggukan.


"Bolehkah aku menambahkanmu ke daftar temanku?" Tanya Surka.


Pale dan Irene menyeringai.


"Yup." Weed menambahkan mereka pada daftar temannya, dan mengucapkan selamat tinggal.


"Ini adalah bagianmu."


Weed menerima 3 koin silver ketika mereka membagikan drop dari hunt. Setelah mereka pergi, Weed pergi untuk berburu rubah sendirian. Inilah kenapa ia membenci party. Ketika sesuatu menjadi seru, mereka pergi.


Weed mencari monster-monster sampai satu jam tersisa hingga matahari terbit. Ia menghiraukan mangsa yang mudah seperti rakun dan rubah, dan pergi meninggalkan lingkungan sekitar benteng untuk masuk ke sebuah hutan dimana banya serigala dilaporkan berada di sana.


*Auuuuuuuuuuu*
Sekelompok serigala muncul. Mereka menundukkan badan dan mendekati Weed yang sedang berjalan sendirian, mata mereka bersinar dengan kegembiraan.


Sistem Royal Road mengijinkan monster untuk naik level dengan pertarungan internal antar sesama jenis atau dengan membunuh player, jadi para serigala mendambakan player yang sendirian. Namun, ketika para serigala melihat ke mata Weed, mereka secara insting merasa takut.


"Mata itu..."


"Manusia ini tak menganggap kita sebagai musuhnya."


"Ia hanya menganggap kita sebagai EXP."


"EXP bagus. Item drop bagus. Itu yang ia inginkan dari kita."


Para serigala itu mengerti apa yang Weed inginkan. Parahnya, keinginan Weed untuk bertarung membuat mereka lari ketakutan.


*Kaing* *Kaing*
Dengan cepat mereka lari.


"Berani-beraninya kalian."


Pedang besinya tak mengenal ampun, dan Weed tak mengenal rasa hormat. Ia terang-terangan menusuk punggung dari serigala yang melarikan diri, memojokkan mereka hingga tak bisa lari lagi, dan membunuh mereka semua.


"Bajingan kalian, sini semua!"


Dengan satu ayunan dari pedang Weed, satu serigala pun tewas. Cepat dan tanpa ampun. Teknik pedang Weed yang luar biasa meneror para serigala. Lalu kenapa ia bertarung secara susah payah saat ia melawan seekor serigala bersama dengan anggota timnya?


Pada saat ajal yang tak bisa dielakkan datang, serangan Weed akhirnya mengenai serigala dan akhirnya menang. Di mata anggota timnya, Weed sangatlah beruntung. Rahasia ini dijaga oleh Weed. Weed telah selesai membantai para serigala ketika matahari terbit. Ia meninggalkan medan perang dan pergi menuju manor Konselir Rodriguez.

No comments:

Post a Comment