Sunday 26 April 2015

Moonlight Sculptor Vol 2 Chapter 3

Harta Kuil Yang Hilang

*Blm di proofread

"Bekerja keraslah untuk membuat patungnya, Weed."

"Jika kau membuatku sebagai model patungnya, aku akan memberimu hadiah."

Sudah menjadi keputusan bersama bahwa ketika Weed mengukir patungnya, rekan-rekannya akan berkeliling, membunuh monster dengan player lain. Beberapa lizardman yang tersisa masih mengganggu populasi lokal, dan ada beberapa tempat berburu yang bagus di dekat desa.

Weed sudah menunjukkan bahwa profesinya adalah sculptor, jadi player lain menduga bahwa quest yang dikerjakannya berhubungan dengan profesinya, dan tak ada yang menanyakan soal itu.

"Semoga beruntung."

Setelah semua orang pergi, Weed berdiri tanpa bergerak sedikitpun di alun-alun desa. Ada beberapa prajurit Rosenheim dan penduduk desa. Mereka memandangnya dengan tatapan yang penuh dengan harapan.

'Aku harus cari sebuah batu.'

Tak perlu dikatakan, patungnya harus terbuat dari batu. Weed sudah sangat terbiasa untuk mengukir kayu, dan ini adalah pertama kalinya ia akan menggunakan batu. Untungnya, banyak batu di sekitar desa yang bisa digunakan.

Toh, Baran adalah desa terpencil di kaki gunung. Dari bebatuan yang ada, akhirnya ia memilih batu yang sangat besar hingga seorang pria dewasa tak bisa memeluknya dengan kedua tangannya.

'Ayo mulai.'

Weed mengeluarkan sebuah palu dan pahat untuk membelah batu. Weed membeli barang-barang itu di Benteng Serabourg sebagai jaga-jaga, namun ia tak pernah mengetahui bahwa ia akan benar-benar menggunakannya saat melakukan perjalanan.


    Hammer and Chisel for Sculpture:

    Daya tahan: 10/10

    Barang-barang yang digunakan untuk mengukir batu.
    Karena murah, barang ini tumpul dan gampang rusak.
    Harus digunakan dengan hati-hati.

    Efek: Sculpture Mastery +1.

*clang Clang Clang!*

'Satu-satunya perbedaan dari mengukir kayu adalah bahannya. Sculpture sepenuhnya bergantung pada gambar yang ada di pikiran, tentang bagaimana membentuk sebuah objek. Apa yang harus kulakukan adalah membuat suatu gambar dalam pikiranku. Ini akan menghasilkan patung yang terbaik, patung buatanku sendiri, dari batu ini.'

Weed menangani batu itu dengan hati-hati. Membentuk sebuah batu membutuhkan lebih banyak waktu dan energi dari yang bisa kau bayangkan. Sedikit ketukan pada tempat yang salah dan keretakan akan menyebar ke mana-mana.

Sebuah patung harus memiliki daya tahan yang tinggi. Keringat membanjiri dahi Weed. Hari kedua, batunya hanya terpotong sangat sedikit dibandingkan hari pertama, karena sejauh ini Weed gagal mendapat gambaran yang cocok untuk Dewi Freya.

Dewi Freya diketahui memiliki kecantikan yang tak tersaingi. Tak ada makhluk hidup yang benar-benar melihat wujud aslinya. Inilah kenapa sculptor dan painter sering tertantang ketika membuat karya seni tentangnya.

Pengrajin akan bingung dengan bagaimana cara merealisasikan kecantikan sesungguhnya dari Dewi Freya. Hanya dengan alasan ini, sang dewi tak pernah digambarkan secara identikal dalam lukisan atau patung.

Para pengrajin akan pusing soal isu ini. Pada waktu yang sama, hal ini juga menantang harga diri mereka sebagai pengrajin. Misalkan 2 orang rival mengukir patung, atau melukis Dewi Freya, bagaimana bila sang dewi yang diciptakan oleh orang yang satu lebih cantik daripada rivalnya?

Tanpa melihat keahlian melukis, dewi kecantikan hanya akan diapresiasi selama ia adalah yang paling cantik dari karya yang lain, jadi orang yang menghasilkan karya seni yang lebih cantik akan mendapat seluruh kredit pada akhirnya.

'Kecantikan. Aku harus mengukir patung Dewi Freya yang paling cantik di seluruh benua.'

Hanya itulah subjek yang mengisi kepala Weed. Itulah kenapa Romuna bercanda bahwa ia ingin Weed membuat dirinya sebagai model patungnya.

*Claaang! Clang!*

Kecepatan palu dan pahat yang mengerjakan patung makin melambat, selagi Weed berpikir lebih dalam.

'Siapa, dan bagaimana aku harus membentuk patung ini?'

Pikiran Weed menjadi tak karuan. Sekalipun profesi sculptor bukanlah pilihannya sendiri, bermalas-malasan dalam tugas yang telah diberikan padanya akan melawan wataknya.

Jika karya nya yang telah selesai ternyata biasa-biasa saja, tentu itu akan melukai harga diri nya sebagai sculptor. Ditambah, fame nya akan hilang, yang tentu tak bisa ia abaikan.

'Siapa yang harus jadi model, siapa...'

Pada saat itu, wajah seseorang muncul dalam pikiran Weed.

'Dia adalah...'

*Clang! Clang! Clang!*

Palu dan pahat mulai menambah kecepatan. Batunya mulai tampak terpotong, dan bentuk dari patung mulai muncul sedikit demi sedikit. Setelah banyak potongan dari batu jatuh ke tanah, patungnya mulai mendapat sebuah bentuk.

Kecantikan tiada tara. Seorang dewi yang turun ke dunia manusia dan belajar bagaimana cara tersenyum. Senyumannya menyelubungi dunia dengan cahaya. Namun ia bukanlah siapa-siapa tetapi seorang gadis.

Seo Yoon.
Patung yang tengah diukir oleh Weed didasarkan pada Seo Yoon. Ia melihat wajahnya hanya sekali saat makan daging panggang di rumah instruktur, namun ia tak pernah melihat orang lain yang kecantikannya bisa dibandingkan dengannya.

Bahkan seorang bintang film tak akan bisa menandingi kecantikannya, dimana aura kemuliaan dan kemisteriusan bersatu. Namun ada satu kesalahan fatal padanya. Ia tak pernah tersenyum, dan wajahnya tak memiliki satu pun emosi.

Di sisi lain, patung yang ia kerjakan memiliki senyum yang sangat indah. Seorang wanita dalam pakaian petualang, memegang sebilah pedang. Bahkan, Weed merasa terpesona dengan patung yang ia buat sendiri.

Awalnya ia berpikir untuk hanya mengimitasi wajah cantik Seo Yoon, namun setelah beberapa jam berlalu, ia merasa hatinya berdegup kencang saat melihat senyum patungnya. Patung yang memiliki pesona misterius untuk menarik perhatian orang-orang tanpa batas itu dalam proses penyelesaian.

"Oh ya Tuhan!"

"Lihat itu!"

Sekalipun bentuknya masih kasar, para tentara Rosenheim tak bisa mengalihkan pandangan mereka. Bahkan para penduduk berkumpul, meninggalkan pekerjaan untuk merekonstruksi desa, dan mengagumi Weed yang sedang mengukir patung.


    Patung Dewi Freya

    Freya, dewi kecantikan dan kesuburan, adalah dewi pelindung Desa Baran. Patungnya berdiri tegak di alun-alun desa, namun telah hancur oleh sebuah pohon pinus ketika banjir melanda desa.

    Tetua Ghandilva sedih akan hancurnya patung sang dewi, dan memintamu untuk mencari sebuah pengganti dan membawanya kembali.

Seorang player memasuki Desa Baran melalui gerbang utama. Ia menggunakan pakaian petualang, namun wajahnya tersembunyi dibelakang jubahnya.

Seo Yoon.
Ia telah menghilangkan tanda pembunuh yang merah menyala dari dahinya dengan membunuh banyak monster, dan tak membunuh player lain. Namanya tak lagi berwarna merah.

'Ada banyak orang.'

Menjijikkan. Aku hanya ingin bertempur. Seo Yoon berjalan perlahan dan menuju rumah Ghandilva untuk menyelesaikan questnya. Di dalam tas punggungnya yang telah diperkuat dan bisa menyimpan 10x lebih berat dan lebih banyak barang dari efek aslinya adalah sebuah patung Dewi Freya.

Rumah Ghandilva, yang belum pernah ia kunjungi selama berbulan-bulan, telah hancur oleh para lizardman. Disaat ia membuka pintu-

"Kau benar-benar hebat. Dewi Freya tampak sangat cantik."

"Anda terlalu berlebihan, pak. Patung ini masih setengah jadi." Seo Yoon dapat mendengar orang yang di dalam berbicara.

"Aku tak bisa mendeskripsikan sebanyak apa aku menghargaimu, Weed. Ketika patung sang dewi telah selesai, desa kami akan sekali lagi memiliki kedamaian. Aku tak akan pernah melupakan kebaikanmu. Silahkan nikmati makanannya."

*Munch Munch*
Kini Seo Yoon serasa bisa mendengar ada seseorang yang tengah menghabiskan makanannya dalam ingatannya. Memuji sang instruktur saat berada di Training Hall - Weed menggunakan trik ampuh yang sama pada Ghandilva si tetua Desa Baran.

'...' Seo Yoon melepaskan gagang pintu dari genggamannya.

***

Dua bulan yang lalu, Seo Yoon telah pergi dari rumah instruktur, dan pergi ke arah selatan, Ia telah berkeliling hanya dalam tempat terpencil tanpa adanya populasi dan desa-desa terpencil, selalu melawan monster.

Entah itu gunung atau sarang monster akan cocok dengannya selama ada monster yang lebih banyak. Pertarungan tanpa henti. Seo Yoon bisa melupakan hal lain saat bertempur. Saat berkeliling, ia sampai di Desa Baran. Desa itu adalah desa yang damai, jauh sebelum lizardmen menyerang.


    -Whew... Apa yang harus kulakukan sekarang?

Seo Yoon mengunjungi desa ini untuk membeli makanan dan menjual hasil berburunya, dan ia tak sengaja mendengar keluhan Ghandilva. Sang tetua tengah merasa sedih dengan hancurnya patung sang dewi di tempat patung itu dulunya berada, dan ketika ia melihat Seo Yoon, ia meminta tolong padanya.


    -Kau tampaknya adalah orang yang cocok untuk mencari pengganti patung Dewi Freya yang hancur untuk desa kami.
    Maukah kau mengabulkan permintaan terakhir orang tua ini?

Tanpa bicara, Seo Yoon tak dapat menerima kebanyakan quest yang tersedia untuk player lain. Ia tak pernah bisa membangun kedekatan dengan NPC, apalagi player, dan hampir tak mengetahui apa-apa tentang informasi latar belakang dalam game.

Apa yang bisa ia lakukan di kota-kota adalah menjual item yang ia dapatkan, dan membeli item yang ia butuhkan. Ia mengangguk kepada Ghandilva yang tengah sedih, dan menerima questnya.

Pilihan yang benar untuk menyelesaikan quest ini adalah kembali ke Benteng Serabourg, membeli patung wanita apapun disana dan bawa kembali ke desa, namun ia pergi untuk mencari patung yang asli.

Tujuannya tentu adalah Orde Freya. Melalui kerajaan Brent di utara, dan menyebrangi Halkos Wilderness di barat daya, adalah Kota Kebebasan Somren.

The Orde Freya terletak disana. Akan jadi perjalanan panjang selama 3 bulan jika melalui jalur resmi, namun ia bisa sampai ke sana dalam sebulan jika ia mendaki Bark Mountain di arah barat.

Petualang yang punya pikiran waras bakal menghindari rute gunung karena mereka harus bertahan melawan jumlah monster yang sangat banyak. Seo Yoon lebih memilih untuk sampai lebih cepat melalui Bark Mountain.

Setelah meninggalkan jejak dari ratusan mayat monster, ia sampai di Orde Freya dan membeli sebuah patung Dewi Freya, yang bahkan telah disahkan dan diberkati oleh Uskup Agung Mandolin. Untuk itu, ia telah menggunakan hampir seluruh gold miliknya.

'...'

Seo Yoon berbalik pergi dari rumah Ghandilva. Di perjalanan menuju gerbang, ia sampai di alun-alun desa. Ada sebuah patung yang belum pernah ia lihat sebelumna. Patung Dewi Freya yang belum selesai.

"Bukankah itu patung dewi yang sangat cantik, pengembara?"

Seorang gadis bicara pada Seo Yoon. Namun matanya terpaku pada patung itu.

"Weed, penyelamat desa kami, mengukir patung dewi itu. Ketika patungnya selesai, desaku akan bebas dari monster dan kami akan hidup damai sekali lagi. Aku tak bisa membayangkan jika ia tak menginjakkan kakinya disini..."

Seo Yoon melihat patung buatan Weed. Patung itu belum selesai. Namun tampak cantik dan mempesona. Patung Dewi Freya memancarkan aura yang menenangkan bagi mereka yang melihatnya. Patung itu menunjukkan senyum yang nyaman dan murah hati.

Ia merasa bahwa senyuman itu mengubah dunia menjadi sesuatu yang lebih cerah, dan lebih positif. Patung Dewi Freya yang ia beli adalah maha karya dari Orde Freya. Patungnya memiliki nilai seni yang tinggi, dan memiliki aura religius.

Tapi setelah ia melihat patung yang diukir oleh Weed, ia merasa bahwa patung yang ia bawa hanyalah barang murahan, layaknya cahaya kunang-kunang di hadapan cahaya matahari.

"......"

Seo Yoon memandang patung itu selama beberapa saat dan meninggalkan Desa Baran dengan kesunyian - tanpa mengetahui bahwa sebenarnya ia telah menjadi model dari patung yang dibuat oleh Weed.

***

*Brrrr*
Bahkan Weed yang tak takut akan apapun, merasa jarinya bergetar saat ini. Ia telah menghabiskan waktu 10 hari untuk pekerjaannya. Sejak berita tentang patung Dewi Freya yang baru menyebar, banyak penonton datang mengunjungi Desa Baran.

Disamping pasukan pembebasan dan tentara Rosenheim, orang-orang bahkan datang dari kota Demeron yang terletak lumayan dekat dengan Baran. Dengan sentuhan akhir di mata sang dewi oleh Weed, patungnya selesai.

"Dewi yang sangat cantik!"

"Dewi Freya benar-benar muncul di desa kita!"

Para penduduk dan penonton kegirangan. Tempat itu cukup ramai dengan obrolan disekitar, dan doa-doa dari mereka yang bertekuk lutut dihadapan patung. Lalu, sebuah jendela pesan yang hanya terlihat oleh Weed muncul.


    Fine Piece: Kau menyelesaikan Patung Dewi Freya!

    Seni tak selalu dinilai dari model dan keahlian dari karya seni tersebut. Sebuah karya seni layak disebut hebat selama karya itu bisa menyentuh banyak hati dan membersihkan banyak pikiran.

    Patung Dewi Freya, dengan kecantikan tiada tara, sekalipun dengan level rendah Sculpture Mastery, akan selalu menarik mata publik selamanya.

    Nilai Seni: 150

    Efek: Meningkatkan regenerasi HP dan MP sebanyak 15% selama 24 jam jika kau melihatnya.

    Efek ini tak bisa ditumpuk dengan efek patung lain.

    Jumlah Fine Piece yang telah diciptakan: 1

Fine piece!
Gelar ini hanya diberikan pada karya seni yang diakui oleh banyak player. Butuh lebih dari kemampuan yang tinggi untuk memproduksi fine piece, grand piece, atau master piece dalam sculpture mastery.

Hanya ketika seorang sculptor mengabdikan dirinya untuk menciptakan karya dari jiwa dan hatinya yang sangat diapresiasi oleh player lain, barulah karya seni itu berhak mendapatkan gelar-gelar diatas.

Dengan kata lain, patung Dewi Freya yang telah selesai bisa dibilang luar biasa. Karena patung itu mendapatkan gelar fine piece, patung itu juga mendapat opsi sejenis buff.

Masih dalam tingkatan basic sculpture mastery, Weed belum memiliki kualifikasi untuk memproduksi karya seni yang memiliki opsi tambahan. Namun digabung dengan Zahab's engraving knife, fine piece buatannya menciptakan efek yang spesial. Sebuah jackpot yang melebihi perkiraannya.

    Level up: Sculpture mastery [9]

    Memungkinkanmu untuk menciptakan karya yang lebih detil.


    Fame naik 50 poin. (+50 Fame)


    Art naik 15 poin. (+15 Art)


    Perseverance naik 10 poin. (+10 PER)


    Endurance naik 5 poin. (+5 END)

Beberapa status karena berhasil menciptakan fine piece. Sculpture mastery tingkat basic Weed akhirnya mencapai level 9 dengan EXP sebanyak 70%, hampir mencapai tingkat intermediate, dan fame miliknya juga naik. Namun, ia merasa curang.

"Asem dah."

Sebuah fine piece tak bisa muncul setiap saat. Level basic sculpture mastery milik Weed sekarang adalah 9, namun ketika ia sibuk mengukir patung, levelnya masih 8.

Namun, level skillnya menjadi intermediate level 7 berkart palu dan Zahab's engraving knife. Secara teknis, fine piece hampir tak mungkin diciptakan dengan skill level dibawah tingkat intermediate.

Weed sadar bahwa jika ia tak diperkuat oleh Zahab's Engraving Knife, ia tak akan bisa mengukir patung dewi seperti itu. Level skill sculpture masternya belum memadai.

Jika Weed mencapai tingkat intermediate, atau bahkan expert, sebelum ia mengukir patung dewi, hasilnya mungkin bisa mendapat gelar grand piece, tak jauh dari sebuah master piece.

Lalu, ia akan mendapat 5 status tambahan, satu dari sedikit kelebihan sculptor. Sculptor yang lain, yang sangat sedikit jumlahnya di seluruh benua, selain Weed sang Legendary Moonlight Sculptor, kekurangan keahlian untuk bertempur.

Dari awal mereka tak bisa menggunakan sihir, juga strength dan defense mereka bukanlah sesuatu yang spesial. Skill handicraft yang berguna untuk menambah kekuatan serang mereka yang lemah tak memiliki efek besar untuk mereka.

Tak ada party yang punya pikiran sehat yang mau menerima mereka, jadi mereka kebanyakan harus melalui rintangan sendirian. Profesi sculptor bergantung pada status yang dinaikkan lebih tinggi daripada player rata-rata dengan level yang sama.

Namun bukan berarti bahwa seorang sculptor dapat menaikkan sculpture mastery nya dan menciptakan fine piece atau lebih bagus tiap saat mereka inginkan. Bahkan sculptor yang sangat terkenal tak bisa menciptakan fine piece dan grand piece sekehendak mereka.

Sebuah fine piece hanya bisa tercipta ketika seorang sculptor melelehkan jiwa nya dan membuatnya menjadi sebuah gambaran keindahan yang tertinggi. Bayangkan dirimu sendiri bekerja sangat keras selama 10 hari untuk mengukir sebuah patung, dan ternyata hasilnya menjadi karya seni yang jelek, dan hanya sedikit memberi efek pada statusmu, bagaimana perasaanmu?

Parahnya lagi, gimana jika ternyata hasilnya bisa mengurangi fame mu yang sudah kau peroleh secara susah payah sebagai seorang sculptor? Kau akan dianggap hebat bila kau tak lompat dari atas tebing karenanya. Bahkan sebenarnya cukup banyak mantan sculptor yang menghapus karakter mereka setelah mengalami kesialan yang sama.

Sculptor adalah profesi yang berat dan penuh cobaan. Ghandilva mendekati Weed dan menggenggam tangannya.

"Terima kasih, Weed. Kau membuat patung Dewi Freya yang sangat indah, dan kami para penduduk akan selamanya diberkati oleh-Nya. Dan juga, patung ini akan membawa lebih banyak pengunjung kemari. Kau adalah pendiri Desa Baran yang kedua."


    Quest Selesai: Patung Dewi Freya

    Ghandilva sangat menghargai karya senimu!

    Patung Dewi Freya yang berdiri tegak di Desa Baran akan menyebarkan harapan dan keberanian pada para penduduk. Mereka akan menerima dirimu kapanpun di masa depan.


    Fame naik 30 poin. (+30 Fame)


    Level mu naik.


    Level mu naik.


    Level mu naik.


    Pengaruhmu di Desa Baran mencapai 60%.
    1st: Weed 60%
    2nd: Darius 45%
    3rd: Seo Yoon 33%

Karena hasilnya jauh lebih baik daripada yang diharapkan, hadiah untuk questnya juga sangat tinggi. Sebuah quest yang bisa menaikkan level sebanyak 3 kali bisa dianggap salah satu quest paling susah untuk tingkat kesulitan D. Ditambah, poin pelayanan publik miliknya naik ke peringkat pertama.

Poin pelayanan publik bergantung pada beberapa faktor. Jika pelayananmu diakui, dan menambah pengaruhmu dalam sebuah kota, kau bisa membeli item secara borongan dengan harga diskon, dan bahkan kau bisa mendapatkan posisi pemerintahan seperti tetua atau pemilik desa.

Poin milik Weed naik secara cepat karena quest penyelamatan penduduk dan menciptakan patung Dewi Freya, dan juga karena menjual senjata dan equip yang didapat oleh party miliknya dari markas lizardman.

Soal Darius, sudah pasti karena ia adalah pemimpin dari pasukan pembebasan Desa Baran. Lalu untuk Seo Yoon, ia telah membunuh banyak monster yang berada di sekitar Desa Baran, dan menjual item drop mereka di toko. Sebelum Weed dan Darius datang, pengaruh miliknya tertinggi di Desa Baran.

"Seo Yoon peringkat ketiga? Dia pernah kesini sebelumnya?"

Jantung Weed berdegup kencang. Ketika ia membuat Seo Yoon sebagai model patungnya, ia merasa yakin bahwa Seo Yoon tak akan datang kemari dan menyadari gambaran dirinya sendiri.

Benua Versailles cukup luas. Jika ia melihat patung ini, Seo Yoon mungkin saja hanya tersenyum dingin dan tanpa basa basi langsung memenggal kepala Weed.

'Dia adalah pembunuh, jadi hal seperti itu bukanlah mustahil.'

Apalagi kalau Seo Yoon membaca tulisan Weed yang diukir di patung buatannya, ia mungkin bakal membunuh Weed lagi dan lagi, dengan mudah melampaui 100 kali. Nah, Weed mungkin harus mempersiapkan diri untuk hal yang lebih buruk.

Sebelum selesainya patung itu, Weed telah merasa puas oleh apa yang telah ia buat. Ia belum tahu apakah hasilnya akan menjadi bagus, biasa, atau bahkan karya gagal, namun ia tetap merasa terpesona oleh karya nya sendiri.

Jadi, karena keterikatan pada patung itu, ia mengukir puisi pendek di bagian bawah patung Dewi Freya dengan Zahab's Engraving Knife. Sifat orang Korea yang tak bisa dihilangkan! Weed bertanya dengan hati-hati:

"Permisi, tetua Ghandilva?"

"Ada apa, Weed?"

"Apakah Seo Yoon yang kau minta untuk mencari pengganti patung Dewi Freya?"

"Ya, dia orangnya. Jadi kau juga mengenalnya? Ia adalah wanita yang baik. Ia menerima permintaan anehku, sekalipun ia belum kembali sampai sekarang..."

"Oh begitu."

Weed merasa lega bahwa Seo Yoon belum kembali kemari. Jika ia kembali saat dirinya mengukir patung, ia takut bencana seperti apa yang harus ia terima.

'Ia mungkin akan membunuhku sebagai balas dendam telah mencuri questnya.'

Karena pekerjaannya telah selesai, Weed ingin pergi ke Kota Langit secepat mungkin. Ia ingin pergi dari kota sesegera mungkin sebelum ia berpapasan dengan Seo Yoon lagi. Namun Ghandilva tak segera melepaskan tangannya. Ghandilva mengecilkan nada suaranya dan berkata:

"Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan padamu, Weed sang penyelamat desa kami."

"Silahkan."

"Apa kau percaya pada takdir? Aku berpikir bahwa kedatanganmu pada desa kami hanyalah sebuah kebetulan."

"Maksutnya?"

"Seorang priest dari Orde Freya pernah mengunjungi desa kami dan bercerita bahwa kejahatan tengah merajalela. Mereka menyebarkan pengaruh mereka di alam yang tak terlihat, lebih rendah dari tempat kita berada, di tempat yang gelap dan dingin. Sang priest dari Orde Freya mengatakan bahwa hanya Sang Pemberani lah yang dapat mengalahkan mereka! Lalu, ia memberiku kekuasaan untuk memilih Sang Pemberani."

"......"

"Sebelumnya aku tak mengetahui apa arti kata-katanya, namun sekarang aku tahu. Aku belum menceritakan rahasia ini padamu; biji yang telah diwariskan secara turun temurun oleh keluargaku akan menjadi sebuah petunjuk untuk mencapai tempat yang baru. Sang priest berkata padaku untuk menemukan orang bernama Seagull untuk mendapatkan kembali harta karun yang hilang milik Orde Freya. Temukanlah dia. Jadilah Sang Pemberani yang akan mengalahkan kejahatan!"


    Kau mendapat petunjuk tentang Harta Karun Yang Hilang dari Orde Freya.

'Ini adalah lanjutan dari quest Patung Dewi Freya! Sepertinya gak ada kerugian. Keren! Siapa ngerti kesempatan kayak begini bakal datang padaku.'

Weed sekali lagi menyadari keberuntungannya. Bagian darinya disebabkan oleh Seo Yoon, yang belum kembali dengan patung baru, dan sebagai gantinya, kesempatan datang pada dirinya.

"Adalah keinginanku yang paling dalam untuk mencegah kejahatan menyebar di dunia. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengembalikan harta karun yang hilang dari Temple of Freya."

"Terima kasih."


    Kau menerima quest.

Weed menutup percakapannya dengan Ghandilva dan pergi ke arah rekan-rekannya yang sudah menunggu.

"Kerja bagus, Weed. Aku tak pernah menyangka bahwa sebuah patung bisa jadi seindah itu."

Kata Pale sambil melihat patung dengan pandangan hangat, yang tentu sangat langka untuknya. Surka, Irene, dan Romuna tampak sangat tersentuh juga. Mereka telah mencapai level 60an dengan berburu monster hampir tanpa tidur ketika Weed sibuk mengukir patungnya.

"Sungguh menakjubkan. Patungnya tampak nyata. Ini adalah patung terindah yang pernah kulihat."

"Aku yakin bahkan Dewi Freya sendiri tak akan bisa menandingi keindahan patung ini."

"Gimana bisa kau menciptakan gambaran seperti ini? Aku sangat kagum dengan jiwa seni dan rasa estetika yang sangat indah milikmu..."

Weed merasa sedikit malu oleh pujian mereka. Rasa estetika yang indah? Jiwa seni? Mata mereka merasa buta karena gagal mengenali seniman yang sangat hebat, sekalipun ia selalu berada di hadapan mereka.

Siapa?
Maksutmu, Weed? Menyebutnya seseorang yang haus akan kekuasaan akan lebih tepat rasanya.

'Akankah mereka percaya bila aku berkata bahwa aku benar-benar tak memiliki ide sebelum aku mulai bekerja? Nah, tak mungkin.'

Lagian apa tujuannya mengatakan sesuatu yang tak akan mereka percaya? Seorang salesman tak akan mengatakan segala hal ketika ia mengetuk pintumu untuk menjual sesuatu. Ia akan menyembunyikan kekurangannya dan melebih-lebihkan kelebihan dari produk yang ia jual. Apa yang baik untukmu, adalah kebijakan yang terbaik.

"Aku menciptakan patung ini selagi aku membayangkan kalian dalam pikiranku, nona Irene, Surka, dan Romuna. Hati yang tulus dan wajah cantik kalian adalah inspirasiku, jadi patung ini tampak seindah itu."

"Oh!"

Perempuan adalah makhluk yang simpel, ya kan? Seluruh gadis dalam party Weed merasa bahagia karena kebohongan seperti itu.

"Hey, kau adalah Weed kan?" Darius datang ke tempat Weed berada.

"Kau lumayan bagus dalam sculpture mastery. Apa itu grand piece?"

Darius memiliki pengetahuan yang cukup luas. Pada level 140, pastinya ia telah mendapat sedikit pengetahuan tentang sculptor entah dari mana.

"Bukan," kata Weed.

"Jadi, apa itu fine piece?" tanya Darius.

"Ya," kata Weed.

"Oh, aku tak percaya aku bakal melihat fine piece. Aku dengar tak lebih dari seratus sculptor yang pernah menciptakan fine piece..."

Darius menunjukkan ekspresi kekejutan yang dilebih-lebihkan. Lalu, ia tersenyum sinis.

"Selamat. Aku duga kau mendapat lumayan banyak status karena ini. Paling nggak keberuntungan yang cukup bagus seperti ini jatuh ke tangan seorang sculptor yang menyedihkan."

Darius menganggap remeh Weed, hanya karena ia adalah seorang sculptor. Faktanya, kebanyakan sculptor memang lemah. Keahlian tempur mereka bisa hina sekalipun mereka memiliki status yang lebih tinggi karena produksi fine piece dan hal-hal lain.

Bahkan sekalipun mereka mengerti skill bertempur yang kuat, mereka tak tahu bagaimana cara bertarung dengan benar. Lalu kenapa mereka memilih sculptor? Itu karena dari awal mereka memang tak bisa bertarung. Banyak pertempuran menghasilkan petarung yang hebat.

Kebanyakan player yang memiliki profesi non-combat, mereka biasanya tak bisa bertarung. Biasanya mereka akan bingung, tak mengerti bagaimana cara merespons serangan dari lawan, dan kehilangan peran yang harus mereka lakukan dalam party.

Skill pertempuran dasar mereka tak terlalu memberi efek, dan bahkan EXP nya cukup rendah sampai bisa menjadi bahan tertawaan.

Ditambah, mereka harus meningkatkan sculpture mastery mereka untuk menjadi sculptor secara utuh, jadi mereka lebih lemah daripada profesi yang lain, termasuk level mereka, jika mereka bermain dalam waktu yang sama untuk mengembangkan karakter mereka. Tentu saja, kecuali Weed!

"Hey, jaga mulutmu."

Pale, salah satu rekan Weed maju ke depan dengan marah. Ia tak bisa menahan diri ketika Darius mengejek rekannya. Lalu, kekacauan terjadi.

"Bagaimana bisa ada orang kayak dia?"

"Wajahnya seperti wajan yang diselumuri minyak setelah masak sosis..."

"Orang bodoh tak pernah berpikir sebelum bicara. Weed sangat jago dalam bertempur..."

Surka, Romuna, dan Irene membalas bergantian. Surka yang masih muda cukup berani untuk mengatakan itu! Romuna, yang cukup sering merasa marah dari waktu ke waktu, wajar baginya. Namun apa yang benar-benar membuat Pale dan Weed terkejut adalah Irene, yang biasanya tenang dan memiliki jiwa yang baik hati, ikut-ikutan marah.

Wanita.
Tak mungkin Pale yang bodoh dan Weed mengetahui bahwa tiga perempuan itu bisa dengan mudah merubah status seseorang menjadi kill-on-sight. Bahkan jika kemampuan menilai Weed digandakan atau bahkan dikali tiga, ia tak akan bisa mengerti bahkan setengah dari aspek seorang wanita selama hidupnya. Sangat bodoh untuk berpikir bahwa kau mengerti bagaimana seorang wanita hanya karena kau bisa membuat mereka bahagia dengan sedikit pujian.

"......"

Weed kehilangan kesempatannya untuk marah. Ia telah membalas dendamnya dengan rentetan ejekan dari para gadis.

"A-apa kau bilang?"

Mata Darius menyala. Namun Surka, Irene, dan Romuna tak mundur sedikitpun.

"Ha, apa ada yang salah dari yang kita sebutin?"

"Berani-beraninya kau..."

"Terus mau apa lu? Mau bunuh kita?"

"Apa kalian pikir kalian bisa selamat setelah ini?!"

Darius hampir menarik pedangnya keluar. Jika ia, warrior level 140, benar-benar ingin bertarung, Weed dan rekan-rekannya tak akan bisa bertahan. Nah, Weed bisa menang bila ia berhasil memanfaatkan potensi yang ada dengan baik.

Levelnya masih 70an. Namun, dengan statusnya yang tinggi, ia bisa disamakan dengan warrior level 100. Mempertimbangkan kemampuan bertarung dan skill nya yang seperti cheat, ia yakin bisa mengalahkan Darius.

Memanfaatkan elemen kejutan, dan karena Darius menganggap remeh Weed, mengambil momen ketika ia tak memiliki persiapan, Weed bisa menghajarnya dalam satu menit.

Satu-satunya masalah adalah jika duelnya berlangsung lebih dari satu menit, Weed akan kehabisan MP gara-gara skillnya, dan pasti mati pada akhirnya.

Weed tak takut pada Darius karena statusnya, namun ia tahu kelemahannya ada dalam durasi. Dengan kata lain, ia memiliki kasus yang sama dengan ejakulasi dini, ketakutan utama pada pria. Tentunya, ia masih lebih kuat dari rata-rata player dengan level yang sama.

"Darius, santai bro!"

"Lepasin gue! Biar para pelacur itu gw kasih pelajaran!"

"Lu itu komandan dari pasukan pembebasan. Lu gak bisa ngajak duel anak buahmu. Kalau elu nglakuin itu, lu tau nggak berapa banyak fame yang bisa turun? Apa lu mau nyerah sama quest ini?"

Parros dan anak buah Darius yang lain menahannya. Mereka mencoba untuk meredam amarahnya, dan akhirnya ia menjadi tenang.

"Oke, kali ini gue maafin kalian."

Mendengar komentar Darius, Romuna balik mengejek.

"Lu pikir siapa dirimu, pakai nentuin siapa yang maafin siapa?"

"Semua orang berbuat kesalahan, tapi ni orang tingkahnya dah kayak orang suci aja."

Ejekan terakhir dari Surka hampir memulai ronde kedua pertengkaran mereka, namun saat itu anggota lain dari pasukan pembebasan sudah mulai mendekat karena mendengar keramaian yang ada, dan mulai berkumpul di sekitar mereka.

Darius dan anak buahnya sudah kehilangan respek dan kepercayaan. Di sisi lain, Weed dan rekan-rekannya cukup dihormati. Karena, Weed telah memasak makanan yang lezat selama perjalanan.

Ia bahkan memperbaiki senjata dan armor ketika rusak, dan untuk item yang belum diketahui, servis gratis untuk identifikasi miliknya memiliki nilai tinggi. Rekan-rekannya yang lain bersikap baik kepada player lain kecuali Darius, jadi reputasi mereka juga lumayan bagus.

Ketika Weed sibuk mengukir patung dewi, Pale dan para gadis bergabung dengan beberapa party untuk berburu, dan skill mereka yang lumayan tinggi dan taktik berburu yang cepat membuat mereka menjadi favorit dari semua party.

Weed nantinya mengetahui bahwa Darius dan anak buahnya harus berburu sendirian karena tak ada yang mau mengundang mereka. Dalam situasi seperti ini, Weed sudah jelas memiliki posisi yang jauh lebih kuat. Parros, salah satu teman Darius, berkata dengan nada arogan, di tempat Darius yang diam tak bergerak:

"Kami adalah anggota dari Guild Ica. Aku yakin kalian pernah mendengarnya. Guild kami adalah salah satu dari 3 guild tertinggi di Rosenheim."

Weed tentu telah mendengar tentang Guild Ica. Guild itu terkenal akan sikapnya yang buruk, dan tak mengejutkan ketika ia melihat bagaimana Darius berulah.

"Kami berencana untuk membuat sebuah kota dalam waktu dekat, jadi kami membutuhkan plat gantung yang bagus. Maukah kau mengunjungi kami nanti untuk mengukirnya? Kami akan membayar dengan harga tinggi."

Pada akhirnya, Darius mengunjungi Weed hanya untuk memesan plat gantung. Namun ia mendapat mood yang sangat buruk. Ia telah berhasil menyelesaikan quest pasukan pembebasan dengan girang, namun apa yang tersisa dalam kantungnya jauh lebih sedikit daripada yang ia perkirakan.

Itu karena seseorang yang tak ia tahu telah menggunduli seluruh item yang ada di sarang lizardman. Penuh kemarahan, Darius dan anak buahnya telah mencari pelakunya kemana-mana, namun tentu mereka tak mungkin mencurigai Weed, yang hanya seorang sculptor yang sedang mengukir patung Dewi Freya, dan rekan-rekannya, yang secara objektif, dihilangkan dari daftar orang yang dicurigai karena level mereka yang rendah.

Dalam investigasi pribadi, mereka membuat beberapa kesalahan parah yang menyebabkan lebih banyak pertengkaran antara mereka dan player lain, dan sedangkan Weed menerima quest yang solid dari Ghandilva dan menyelesaikan patung Dewi Freya, layaknya menabur garam pada luka mereka.

Simpelnya, Darius merasa iri. Jadi ia berkata tak sopan pada Weed, yang pada akhirnya malah membuat masalah mereka lebih rumit.

***

Segera setelah mereka selesai dengan Desa Baran, pasukan pembebasan yang dipimpin Darius mengemas barang-barang mereka dan pergi ke utara menuju Serabourg. Ada beberapa player yang menyukai tempat berburu, namun tak ada yang tertarik dengan desanya sendiri.

Tak ada bar dimana para pemburu bisa meminum bir dingin setelah seharian berburu. Semua orang rindu akan rasa bir mengalir dalam tenggorokan mereka, dan dengan cepat meninggalkan desa.

Sudah diputuskan bahwa Desa Baran akan dilindungi oleh prajurit Rosenheim. Weed dan rekan-rekannya melaporkan quest pembebasan secara langsung pada Ghandilva.

"Terima kasih atas bantuan kalian. Kami akan selalu mengingat apa yang telah kalian lakukan untuk desa kami."

Sebagai hadiah quest, Ghandilva memberi Weed 20 poin fame. Karena ia sibuk mengukir patung selagi player lain berburu sisa-sisa lizardman, ia menyerah akan hal tersebut, namun tanpa diduga ia mendapat hadiah yang cukup bagus.

Player lain di level 80an dalam pasukan pembebasan mendapat 10 sampai 15 poin fame. Weed pikir bahwa dengan menyelamatkan para penduduk desa dan merampas harta para lizardman membuatnya mendapatkan sedikit keajaiban.

Weed dan kawan-kawan berkata pada Darius bahwa mereka ingin tinggal untuk berburu monster, dengan alasan mereka masih memiliki level rendah.

"Sekarang adalah waktunya," kata Weed.

"Ya."

"Kalau begitu, ayo pergi ke tempat yang gelap dan sunyi."

"Tentu, ke tempat yang sangat, sangat sunyi... Ke tempat dimana tak akan ada yang melihat kita."

Romuna menutup mulutnya dengan satu tangan dan terkikik. Jika orang mendengarnya, mungkin mereka akan salah mengerti.

Dua pria dan tiga wanita pergi ke arah Western Mountain di luar Desa Baran. Tempat yang dulunya markas lizardman, sekarang cukup sunyi untuk menemui kriteria tempat yang mereka cari.

"La la la."

Para gadis bergumam. Mereka berjalan ke sebuah tempat yang sangat, sangat gelap, sunyi, dan jauh dari jangkauan player lain.

Tak lama, mereka sampai di kaki dari Western Mountain dimana tak ada seorangpun dalam jarak satu mil. Mereka sudah bersiap-siap untuk perjalanan jauh.

"Disini lumayan bagus."

"Oke semua, siap-siap."

Weed dengan hati-hati menggali tanah dan menanam bijinya. Lalu, ia memberinya sedikit air. Selama beberapa saat tak ada reaksi, namun tanah yang menutupi bijinya tiba-tibe berwarna merah.

*Quake*

"Kyaaaa!" teriak Surka.

Gempa besar mengguncang! Pusat gempa terletak dimana Weed menanam bijinya. Tanahnya terbelah menjadi dua, dan batang kayu tebal muncul dan tumbuh tinggi ke atas awan.

Dalam sekejap mata, sebuah pilar yang tak berujung berdiri di depan party Weed. Namun batang kayu nya tetap tumbuh. Melihat batang kayu nya naik menembus awan, Weed berkata:

"Kota Langit pasti ada di atas sana. Aku pikir tumbuhan ini akan membawa kita ke sana."

"Jadi..."

"Sekarang setelah kita sampai sejauh ini, kenapa harus mundur? Cepat pegang ini. Atau kita harus mendaki tumbuhan ini dari setengah jalan."

"Asem! Aku gak mau gituan."

Weed mengeluarkan sebuah tali dari ranselnya dan mengikat rekan-rekannya pada dirinya.

"Bersama-sama kita hidup, bersama-sama kita mati."

"Ya!"

Weed dan Pale memutuskan untuk duluan memegang tanaman itu, untuk mencegah bila Irene atau Romuna, yang memiliki fisik paling lemah, kehilangan genggaman mereka, para pria bisa mencegah mereka jatuh dari langit.

Weed dan rekan-rekannya bergantung pada batang kayu yang tumbuh dari Seed of the Heavenly Tree. lalu mereka naik ke atas langit.

No comments:

Post a Comment